Sunday, May 15, 2022

COPAS HALAL BI HALAL 1443 H (2022) LENGKAP final

HALAL BI HALAL 05052022 (BAHAS) KONSEP & REVISED 

HALAL BI HALAL 05052022 (BAHAS) KONSEP

HALAL BI HALAL 05052022 by ISLAMI
Uploaded byteguh.qion May 6, 2022
listing of HALAL BI HALAL 05052022.zip

Taqobbalalloohu minnaa wa minkum ; ja’alanalloohu minal ‘aa-idiina wal faa-iziina, wal maqbuuliin(a).
Kami mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fithri 1443 H/ 2022 M – Mohon ma’af lahir dan batin.

AGENDA

NASH = QS Ali Imron : 133 - 136 & Hadits Arbain 18
QS Ali Imron : 133 - 136

Wa saari’u ilaa maghfirotim mir robbikum wa jannatin ‘ardhuhas samaawatu wal ardhu u’iddat lil muttaqiin .
[3.133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
Alladziina yunfiquuna fis saroo-i  wadh dhoroo-i, wa kaazhimiinal ghoizho, wal ‘aafina ‘anin naas(i). Walloohu yuhibbul muhsiniin.
[3.134] (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Wal ladziina idzaa fa’aluu faahisyatan au zholamuu anfusahum ~ dzakarullooha, fastaghfaruu li dzuunubihim. Wa may yaghfirudz dzuunuba illallooh(u) ? Wa lam yushiruu ‘alaa maa fa’aluu wa hum ya’lamuun.
[3.135] Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
Ulaa-ika jazaa-uhum maghfirotum mir robbihim wa jannaatun tajrii min tahtihal anhaaru, khoolidiina fiihaa wa ni’mal ajrul ‘aamiliin.
[3.136] Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal
Hadits Arbain 18
‘an -abii dzarro jundub ibn junaadata wa abdir rohmani mu‟aadz ibn jabalin rodhiyalloohu „anhuma
Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu‟az bin Jabal radhiallahuanhuma
‘an rosuulillaahi shollalloohu „alaihi wa sallama qoola :
dari Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam beliau bersabda :
Ittaqillaaha haitsu maa kunta
Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada,
Wa atbi‟is sayyi-atil hasanata tamhuhaa
iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya
Wa khooliqin naasa bikhuluqin hasanin
dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “
(Riwayat Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan shahih

PROLOG

Bismillaahir rohmaanir rohiim .Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Assalamu 'alaikum wa rohmatulloohi wa barokatuh(u).Semoga Allah melimpahkan kepada kamu/kalian keselamatan, rahmat, serta keberkahanNya
jawab: Wa' alaikum salam w arahmatullahi wa barakatuh Dan semoga kepada kalian keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahannya terlimpah juga 

Alhamdulillaah –Alhamdulillaahi robbil 'aalamiina 
Segala puji bagi Allooh - Segala puji bagi Allooh Tuhan semesta alam 
~wa bihi na'budu mukhlishiina lahud diin(a), wa bihi nasta'iinu umurid dunyaa wad diin(i).
Dan hanya kepadaNya kita beribadah secara ikhlash sesuai dengan ketentuanNya (agama) ; Dan hanya kepadaNya kita memohon pertolongan dalam segala masalah duniawi & ukhrowi (agama) 
Innalhamdalillaahi nahmaduhu, wa nasta’iinuhu, wanastaghfiruhu;  wa na’uudzu billaaahi ming syuruuri angfusinaa wa min sayyi-ati a’maalinaa. 
sesungguhnya pujian itu milik Allah kita memuji-Nya dan kita minta pertolongan-Nya, dan kita memohon ampunan kepada-Nya,: dan kita mohon lindungan kepada-Nya dari keburukan diri kita, dan dari kejahatan amal-amal kita
May yahdihillaahu fa laa mudhillalahu ; wa may yudhlilhu fa laa haadiyiyallahu. 
siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya,  dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk

Asyhadu al-laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syaariikalah(u) ; wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuuluh(u).
aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah
Alloohumma sholli wa saliim wa baarik ‘alaa rosuulika nabiyyil ummiyi Muhammadin (sholaalloohu 'alaihi was salaam) wa 'alaa aalihi wa shohbihi,wa ummatihi minal jami'il muslimiina wal muslimat,wal mu’miniina wal mu’minaat~ al ahyaai minhum wal amwaat  man ihtada bi hadyi-hi ilaa yaumid diin.
Ya Allah limpahkanlah rahmat dan keselamatan serta berkah kepada rosul utusanMu nabi yang ummi Muhammad SAW dan kepada keluarganya, sahabatnya dan umatnya dari jamaah muslimin & muslimat , mukminin & mukminat ~ yang masih hidup maupun yang telah wafat ~ yang senantiasa menikuti petunjuknya hingga hari kiamat/ pembalasan 

Qoolallohu ta'alaa fiil qur-aanil kariim : Berfirman alloh SWT dalam Al Qur'an mulia 
A'uudzu billaahi minasy syaithoonir rojiim. Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk 
Bismillaahir rohmaanir rohiim . Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Wa saari’u ilaa maghfirotim mir robbikum wa jannatin ‘ardhuhas samaawatu wal ardhu u’iddat lil muttaqiin .[3.133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
Alladziina yunfiquuna fis saroo-i  wadh dhoroo-i, wa kaazhimiinal ghoizho, wal ‘aafina ‘anin naas(i). Walloohu yuhibbul muhsiniin.[3.134] (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.Wal ladziina idzaa fa’aluu faahisyatan au zholamuu anfusahum ~ dzakarullooha, fastaghfaruu li dzuunubihim. Wa may yaghfirudz dzuunuba illallooh(u) ? Wa lam yushiruu ‘alaa maa fa’aluu wa hum ya’lamuun.[3.135] Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.Ulaa-ika jazaa-uhum maghfirotum mir robbihim wa jannaatun tajrii min tahtihal anhaaru, khoolidiina fiihaa wa ni’mal ajrul ‘aamiliin.[3.136] Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.
Shodaqolloohu azhiim.Maha benarlah Allah yang Maha Agung

Wa qoola rosuulullooh Muhammadin (sholaaloohu 'alaihi was salaam) : Dan bersabda rosuululloh Muhammad SAW 
Ittaqillaaha haitsu maa kunta ~  Wa atbi’is sayyi-atil hasanata tamhuhaa, Wa khooliqin naasa bikhuluqin hasanin Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada,  iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “(Riwayat Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan shahih)
Shodaqta yaa Rosuulullooh Engkau benar wahai rosuulullooh 

Robbisy roh lii shodrii, wa yassir lii amrii , wah lul ‘uqdatam min lisaani – yafqohuu qoulii.
"Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku. (Do'a Nabi Musa a.s QS Thoha : 25- 28)

PEMBUKA  
Kepada yang terhormat  para sesepuh, orang tua dan kerabat keluarga besar..... yang selalu mendapat rahmat Allooh subhanahu wa ta'alaa.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allooh subhanahu wa ta'alaa yang telah melimpahkan berkah kebaikan kepada kita semua dengan mengucapkan hamdalah bersama-sama saya  Alhamdulillahi Robbil ‘aalamii.  Sungguh nikmat kebaikan yang dianugerahkan kepada kita semua oleh Allooh SWT dikarenakan sangat banyakn melimpahya tidak dapat kita hitung lagi. Kita tidak kufur mengingkari nikmat tersebut dan selalu mensyukuri semua yang diberikan kepada kita, termasuk diantaranya nikmat kehidupan dan kesehatan, hidayah keimanan dan keislaman serta bantuan waktu luang dan keselamatan sehingga kita dapat berkumpul bersama di rumah bapak ... disini tanpa ada kendala apapun juga. Allahumma (AAMIIN)
Sholawatullooh dan salamullooh semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Akhir Zaman Nabi Muhammad (sholaallohu 'alaihi was salaam) yang telah membimbing umatnya termasuk kita semua dari zaman jahiliyah hingga zaman Islamiyah, dan yang kita  nantikan syafaatnya kelak pada hari kiamat. Allahumma (AAMIIN)
Keluarga besar terah keturunan ...... yang selalu mendapat Rahmat Allah SWT.
Setelah  kita memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT dan juga sholawat kepada Nabi SAW, ijinkan saya berbicara mewakili pemilik  hajat (-------- sekeluarga) agar berbicara kepada anda semua 
1. Yang pertama melalui saya (------sekeluarga) menghaturkan selamat datang dan diharapkan nyaman adanya.
2. yang kedua mengucapkan terima kasih atas kesediaannya meluangkan waktu, dengan tulus memenuhi permintaannya (--------- sekeluarga).
3. Yang ketiga, mohon maaf  atas segala kekurangan dalam layanan penyambutan menyediakan tempat duduk dan seterusnya dari awal hingga akhir acara ini dengan  sebagaimana mestinya.
Berikutnya adalah pada saat ini; Saya diminta untuk berceramah kepada Anda semua tentang makna Halal Bi Halal. Semoga ada manfaatnya khususnya bagi saya  pribadi dan umumnya para hadirin semua.  (SHARING INFORMASI X ADVISE INSTRUKSI 

Katur ingkang kinurmatan poro sesepuh, bapak ibu ugi poro kadang sedherek keluarga ageng trah .....ingkang tansah pikantuk rohmatipun Allooh subhanahu wa ta'alaa.
Ingkang sepindah sumonggo kito langkung rumiyin ngunjukaken raos pujo lan puji syukur wonten ngarsanipun Allooh subhanahu wa ta'alaa ingkang sampun paring nikmat kesaenan dumateng kito sedoyo antawisipun kanthi ngucapaken hamdalah sesarengan  kulo derekaken : Alhamdulillahi Robbil ‘aalamiin Estu Nikmat kesaenan ingkang kito tampi saking Allooh SWT saking kathahipun mboten saget kito etang malih. kito mboten kufur nikmat lan tansah mensyukuri sedoyo mawon ingkang dipun paringaken dumateng kito nggih antawisipun nikmat gesang lan kesarasan, hidayah iman lan keislaman ugi inayah senggang lan kawilujengan Katitik wonten ing wekdal puniko, kito sedoyo saget makempal manunggal wonten ing dhalemipun bapak ..... ing...  mriki kanthi sae wilujeng mbonten wonten alangan setunggal punopo kemawon.  Allahumma (AAMIIN)
Sholawatullooh soho salamullooh mugi tansah kalimpahaken dumateng junjungan kito nabi akhirul zaman rosuululloh Muhammad (sholaalloohu 'alaihi was salaam) ingkang sampun nuntun umatipun kalebet kito sedoyo saking zaman jahiliyah dumateng zaman islamiyah, lan ingkang kito tenggo syafa'atipun benjang wonten ing dinten kiamat Allahumma (AAMIIN)
Para kadang keluarga ageng trah...... ingkang tansah pikantuk rohmatipun Allooh SWT.
Saksampunipun kito ngunjukaken raos pujo lan puji syukur dumateng ngarsanipun Allooh SWT lan ugi sholawat dumateng kanjeng Nabi SAW, Keparengo kulo sumelo atur minangko sulih sariro saking shohibul hajat (---------  sak keluargo) supados matur dumateng panjenengan sedoyo.
1. ingkang sepindah lumantar kulo (--------- sak keluargo) ngaturaken wilujeng rawuh mugi dipun sekecakaken anggenipun lelenggahan.
2.ingkang kaping kalihipun ngaturaken agengipun panuwun menggah saking kerso rawuh angelonggaraken wekdal, ngikhlasaken manah anetepi pamundutipun (--------- sak keluargo).
3. Kaping tiganipun nyuwun agunging samodro pangaksami sedoyo kekirangan anggenipun nampi kerawuhan panjenengan caos palenggahan lan sanesipun wiwit saking purwo – madyo – wasono acoro meniko.
Saklajengipun wonten ing wekdal meniko; kulo dipun dawuhi matur dumaateng panjenengan sedoyo perkawis/ babagan Makna Halal Bi Halal. Mugi wonten manfaatipun khususipun dateng kulo pribadi piyambak lan umumipun kagem poro kadang sedoyo. (NGANDAKE X NGANDANI )

MATERI HALAL BI HALAL =
1. WHAT = APA  HALAL BIHALAL ?
2. WHY = MENGAPA  DILAKSANAKAN  ?
3. HOW = BAGAIMANA  KELANJUTANNYA ?

1. WHAT = APA  HALAL BIHALAL ?
Biasanya pasca idul fitri sebagian umat Islam di Indonesia mengadakam acara halal bi halal,yaitu acara silaturrahmi dan ajang saling maaf memaafkan. Hal itu dipandang perlu demi mencapai kesempurnaan ketaqwaan kepada Allah swt. Yang mana ketaqwaan kepada Allah tersebut akan sempurna dengan menjalankan hubungan vertikal (hablum minallah) dan hubungan horizontal (hablum minannas).  MUKHLISH X MUFLIS
1. Hubungan vertikal adalah dengan melaksanakan puasa Ramadhan sebagaimana firmannya ; 
Yaa ayyuhalladziina aamanuu : kutiba ‘alaikumush shiyaamu ~ kamaa kutiba : ‘alal-ladziina min qoblikum ~  la’allakum tattaquun; Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (al-baqarah; 184)Dan hadits menyebutkan ; Man shouma romadhooma imanan wahtisaban ghufirolloohu man taqodama min dzambih“Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan sesuai aturan, maka Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Hubungan horizontal adalah dengan saling memaafkan sebagaimana firman-Nya;
237. jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, Padahal Sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, Maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika isteri-isterimu itu mema'afkan atau dima'afkan oleh orang yang memegang ikatan nikah[151], dan pema'afan kamu itu lebih dekat kepada takwa. dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha melihat segala apa yang kamu kerjakan. 
wa-an ta'fuu aqrabu littaqwaa dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa (al-baqarah;237)
QS Arof 199 : Khudzil ‘afwa, wa-muru bil ma’rufi, wa a’rid ‘anil jaahiliina. (jadilah kamu pemaaf. Hendaklah kau menyuruh kebaikan dan berpalinglah dari orang bodoh)

Halal Bi halal : tsaqofah islamiyah ; ibadah ghoiro mahdoh.
Dalam bahasa Arab kata tsaqufa berarti menjadi, cerdas, cekatan, cepat mengerti dan mengetahui. Seorang yang tsaqif berarti  seorang yang cepat dalam memahami
Tsaqif : cerdas / tanggap menjadikan segala hal sebagai momen tarbiyah (pengembangan diri/umat) ?

Istilah = wa ahallalloohu`alaik
Secara historis, istilah “halal bihalal” kemungkinan berasal dari ungkapan wa ahallalloohu`alaika (semoga Allah rela kepada anda) yang biasa diucapkan para sahabat Rasulullah ketika saling berpapasan usai melaksanakan shalat Idul Fitri, selain mereka juga mengatakan: taqobbalallahu minna wa minka/minkum (semoga Allah menerima jerih payah saya dan jerih payah anda). 
HR : Kaana rosuululloohi SAW idzal taqou yaumal ‘iidi yaquulu baghdhuhum li baghdhin : taqobbalalloohu minnaa wa minkum. (Keadaan Rosulullooh SAW bila berjumpa dengan para sahabatnya pada hari Id adalah mereka mengatakan : taqobbalalloohu minnaa wa minkum./mudah-mudahan Allooh SWT menerima amal ibadah kami dan kalian /)
Ja’alanalloohu minal ‘aa-idiina wal faa-iziina, wal maqbuuliina. (semoga Allooh menjadikan termasuk orang yang kembali dalam kesucian, memperoleh kemenangan/ kesuksesan dan diterima amalnya).
= Ja’alanalloohu/ taqobbalalloohu minnaa wa minkum  minal ‘aa-idiina wal faa-iziina, wal maqbuuliina
NB : FAA-IZIIN = kemenangan ? (See Link :  Idul Fitri Bukanlah Hari Kemenangan | M. Quraish ShihabPodcast)
Jika istilah “halal bihalal” berasal dari ungkapan “wa ahallallaahu`alaik” berarti memohon kerelaan Allah sebab kita telah berjuang sekuat tenaga agar tidak mengecewakan-Nya dengan penyia-nyiaan kesempatan.).
Dengan demikian, maksud istilah “halal bihalal” adalah “saling mendoakan semoga Allah rela atas ibadah puasa kita”. Namun yang menonjol dalam tradisi masyarakat kita, “halal bihalal” kemudian dimaknai dengan “saling bermaafan”. Maksud “saling bermaafan” di sini ialah masing-masing saling mengharap kerelaan saudara, sanak kerabat, sahabat atau siapa saja atas kesalahan yang pernah diperbuat, bukan mengharap kerelaan Allah secara langsung.

Istilah = falyatahallalhu 
Man kaanat lahu mazhlumatun li ahadin min ‘irdhihi au syai-in falyatahallalhu minhu alyauma qabla an laa yakuuna diinarun wa laa dirhamun; in kaana lahu ‘amalun shaalihun ukhidza minhu biqadri mazhlumatihi, wa in lam takun lahu hasanaatun ukhidza min sayyiaati shaahibihi fahumila ‘alaihi.” 
(“Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang mempunyai kesalahan berupa harga diri atau sesuatu kepada saudaranya, maka hendaknya ia meminta kehalalannya kepada orang tersebut sekarang ini, sebelum terjadi suatu hari di mana dinar dan dirham tidak berlaku (hari kiamat). Apabila ia mempunyai amal shaleh, maka akan dibayarkan kepada saudaranya itu sesuai dengan kesalahannya. Apabila ia tidak memiliki kebaikan, maka ia akan dibebankan kesalahan-kesalahan saudaranya itu.” (HR. Bukhari).

Tentang Kezhaliman =
Kezhaliman yang dalam bahasa Arab zhulm ظُ atau mazhlimah memiliki beberapa makna yaitu Menyimpang dan melewati batas; Meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya; merampas atau mengurangi hak orang lain

HR Imam Bukhori Muslim dari Ibnu Umar: azh zhulmu zhulumaatun yaumul qiyaamati. (penganiayaan merupakan kegelapan pada hari kiamat).
HR Imam AthThoyaalisy dari Annas ra: Azh zhulmu tsalaatsatun : fazh zhulmun laa yaghfiruhulloohu, wa zhulmun yaghfiruhulloohu, wa zhulmun laa yatrukuhu. Fa ammazh zhulmul ladzii laa yaghfiruhu fa asy syirku. Qoolalloohu ta’aalaa: innasy syirka zhulmun ‘azhiim /luqman 13/; wa ammazh zhulmul ladzii yaghfiruhulloohu fa zhulmul ‘ibaadi anfusihim fiima bainahum wa baina robbihim; wa ammazh zhulmul ladzii laa yatrukuhu fa zhulmul ‘ibaadi ba’dhuhum ba’dhon hatta yudiina li ba’dhihim mim ba’dhon. (Kezaliman ada 3 : kezaliman yang tidak diampuni, yang dapat diampuni, yang belum diampuni. Kezaliman yang tidak dapat diampuni adalah menyekutukan Allooh. Berfirman Allooh SWT : sesungguhnya syirik adalah perbuatan aniaya yang besar;sedangkan perbuatan aniaya yang dapat diampuni oleh Allooh SWT adalah perbuatan aniaya yang dilakukan hamba Allooh terhadap dirinya sendiri yang berkaitan antara mereka dengan Tuhan mereka ; Adapun perbuatan aniaya yang tidak dibiarkan begitu saja olehNya adalah perbuatan yang dilakukan hamba Allooh diantara sesamanya sampai sebagian diantara mereka membalaskan perbuatan aniaya terhadap sebagian yang lain)
BERSEGERA ISHLAH PERBAIKAN ATAS KEZHALIMAN
Oleh karena itu, seorang hamba yang telah terlanjur melakukan kezhaliman kepada orang lain hendaknya menyelesaikan urusannya secepat mungkin, dengan meminta maaf, meminta halal, atau mengembalikan hak-haknya dan menyelesaikan urusannya. Jika tidak, maka hal itu tetap akan diadili pada hari kiamat.
Pemaafan itu dapat diimplementasikan dalam bentuk meminta kehalalan.

SEJARAH TRADISI  HALAL BI HALAL  DI INDONESIA 
Penggagas istilah “halal bi halal” ini adalah KH. Wahab Chasbullah. Ceritanya begini: Setelah Indonesia merdeka 1945, pada tahun 1948, Indonesia dilanda gejala disintegrasi bangsa. Para elit politik saling bertengkar, tidak mau duduk dalam satu forum. Sementara pemberontakan terjadi dimana-mana, diantaranya DI/TII dan PKI Madiun. Pada tahun 1948, yaitu dipertengahan bulan Ramadhan, Bung Karno memanggil KH. Wahab Chasbullah ke Istana Negara, untuk dimintai pendapat dan sarannya untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat. Kemudian Kyai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan Silaturrahmi, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, dimana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturrahmi. Lalu Bung Karno menjawab, “Silaturrahmi kan biasa, saya ingin istilah yang lain”. “Itu gampang”, kata Kyai Wahab. “Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahmi nanti kita pakai istilah “halal bi halal”, jelas Kyai Wahab.
Dari saran kyai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri saat itu, mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturrahmi yang diberi judul ‘Halal bi Halal’ dan akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa. Sejak saat itulah, instansi-instansi pemerintah yang merupakan orang-orang Bung Karno menyelenggarakan Halal bi Halal yang kemudian diikuti juga oleh warga masyarakat secara luas, terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai pengikut para ulama. Jadi, Bung Karno bergerak lewat instansi pemerintah, sementara Kyai Wahab menggerakkan warga dari bawah. Jadilah Halal bi Halal sebagai kegiatan rutin dan budaya Indonesia saat Hari Raya Idul Fitri seperti sekarang.
Etimologi Itsmar : Halalun bi Halalin ?
Jika ditinjau secara etimologis Bahasa Arab, hemat penulis, istilah Halal bi Halal tidaklah patut disalahkan. Meskipun istilah ini asli made in Indonesia dan tidak di kenal di dunia Arab, apalagi di dunia Islam lainnya, namun tidaklah meniscayakan istilah ini tidak benar secara Arabic.
Dalam ilmu Bahasa Arab sering dijumpai teori izhmâr (sisipan spekulatif pada kalimat).
Setidaknya ada dua cara agar istilah Halal bi Halal ini benar secara bahasa dengan pendekatan teori tersebut.
1.       thalabu halâl bi tharîqin halâl; mencari kehalalan dengan cara yang halal.
makna filosofis Halal bi Halal : mencari penyelesaian masalah atau mencari keharmonisan hubungan dengan cara mengampuni kesalahan.
2.       halâl yujza’u” bi halâl; kehalalan dibalas dengan kehalalan.
Atau dengan analisis kedua (halâl “yujza’u” bi halâl) adalah: pembebasan kesalahan dibalas pula dengan pembebasan kesalahan dengan cara saling memaafkan. 
Untuk yang kedua ini hampir sepadan dengan redaksi ayat al-Qur’an saat berbicara hukum qishâs “anna al-nafsa bi al-nafsi, wa al-‘aina bi al-‘aini; sesungguhnya jiwa dibalas dengan jiwa dan mata dibalas dengan mata” (QS. Al-Maidah: 45). Dalam redaksi ayat tersebut, mufasir biasanya memahaminya dengan teori izhmâr, menjadi: anna al-nafsa “tuqtalu” bi al-nafsi, wa al-‘aina “tufqa’u” bi al-‘aini. Hanya bedanya kalau Halal bi Halal berbicara dalam konteks positif, sedangkan redaksi ayat tersebut dalam konteks negatif. 

Tradisi Indonesia (Jawa) :
Sebenarnya kegiatan seperti halal bi halal itu sendiri sudah ada sejak zaman Kasultanan Mataram Islam Jogja, yaitu dimulai sejak KGPAA Mangkunegara I atau yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa. Setelah Idul Fitri, beliau menyelenggarakan pertemuan antara Raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri. Kemudian budaya seperti ini ditiru oleh masyarakat luas termasuk organisasi keagamaan dan instansi pemerintah. Akan tetapi, itu baru kegiatannya bukan nama dari kegiatannya. kegiatan seperti dilakukan Pangeran Sambernyawa belum menyebutkan istilah “Halal bi Halal”, meskipun esensinya sudah ada.
KGPAA Mangkunegara I (RM Said ) atau yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa (masa perang/ sbg raja)
SUNGKEMAN = birul walidain / shilaturohim ; nyuwun pangapunten, nyuwun pangestu

Pasca Idul Fithri (QS Ali Imron 133 – 136 ) : Halal Bi Halal
Juga : mudik - budaya kupat  (laku papat : syariat – thariqat – hakekat - ma’rifat ; lebaran – luberan – leburan – laburan; ngaku lepat).

Arti Kata Ketupat. kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.
Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan.
Laku papat artinya empat tindakan.
Syariat  : pelaksanaan ketentuan
Thariqat : penempuhan keutamaan
Haqeqat : penembusan kesejatian
Ma’rifat : penghayatan ketauhidan

Arti Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan.
Lebaran. Lebaran bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.
Luberan. Bermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin.Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.
Leburan. Maknanya adalah habis dan melebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.
Laburan. Berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun poemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

Shiyam Ramadhan (QS Al Baqoroh :183 – 187)
Yaa ayyuhalladziina aamanuu : kutiba ‘alaikumush shiyaamu ~ kamaa kutiba : ‘alal-ladziina min qoblikum ~  la’allakum tattaquun;
[2.183] Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
Ayyaamaam ma’duudah ~ Fa man kaana minkum maridhoon au ‘alaa safarin : fa’iddatum min ayyaamin ukhoro; Wa ‘alalladziina yuthiiquunahu : fidyayun tho’aamu miskiin; faman tathowwa‘a khoiron : fa huwa khoirulahu.;Wa antashuumuu khoirul lakum in kuntum ta’lamun ;
[2.184] (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Syahru romadhoonal ladzii unzila fiihil qur’aanu : hudaal lin naasi wa bayyinaatim minal hudaa wal furqoon; Fa man syahida minkumusy syahro : falyashumhu ; Wa man kaana mariidhoon au ‘alaa safarin: fa’idatum min ayyaamin ukhor(o).; Yuriidulloohu bikumul yusro wa laa yuriidu bikumul ‘usro; wa litukmilul ‘iddata wa litukab-biruullooha ‘alaa maa hadaakum,wa la ’allakum tasykuruun. 
[2.185] (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Wa idza saaalaka ‘ibadii ‘annii faa innii qoriib.; Ujiibu da’wa tadda’i  idzaa da’aani – falyastajiibuu lii wal yu’minuu bi la’allahum yarsyuduun.
[2.186] Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Uhilla lakum lailatash shiyaamir rofatsu ilaa nisaa-ikum ; hunna libaasul lakum~ wa antum libaasul lahunna; ‘alimalloohu annakum kuntum takhtaanuuna anfusakum ~ fa taaba ‘alaikum wa ‘afaa ‘ankum;  fal aana baasyiruu hunna wab taghuu maa kataballoohu lakum,wa kuluu wasyrobuu hattaa yatabayyana lakumul khoithul abyadhi minal khoithil aswadi minal fajri ~ tsumma atimmush shiyaama ilal laili;wa laa tubaasyiruu hunna wa antum ‘aakifuuna fil masaajidi;  tilka huduudulloohi fa laa taqrobuhaa ;  ka dzaalika yubayyinulloohu aayaatihii lin naasi la’allahum yattaquun.
 [2.187] Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri`tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa
Hadits : 

Level orang berpuasa 3 = LINK  
Umum :  zhalim – kewajiban berpuasa tidak dijalankan dengan sempurna ; muqtashid – - lalai mengerjakan ibadah-ibadah sunnah ; sabiqun bil khoirot - meninggalkan perkara haram , makruh & mubah demi kesempurnaan ibadah puasa yang mereka jalankan
Ghazali :  biasa – sebatas menahan haus dan lapar serta hal-hal lain yang membatalkan puasa secara syariat ;  khusus – menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan segala anggota badannya dari perbuatan dosa dan maksiat ; super khusus - tidak saja menahan diri dari maksiat, tapi juga menahan hatinya dari keraguan akan hal-hal keakhiratan. Menahan pikirannya dari masalah duniawiyah, serta menjaga diri dari berpikir kepada selain Allah

+ Kultum Puasa ?

antara lain hikmah zakat fitrah ?:
HR Ibnu Dawud,Ibnu Majah, Ibnu Daroquthni, Hakim dari Ibnu Abbas : Farodho rosuululloohi sholalloohu ‘alaihi was sallam zakaatal fithri ~ thuhrotan lish shoo-imi minal laghwi, war rofatsi ; wa thu’matan lil masaakiini. Fa man idzaaha qoblash sholaati fahiya zakaatun maqbuulatun ; wa man iddahaa ba’dash sholaati fahiya shodaqotun minash shodaqooti. (Ditetapkan Rosulullooh saw zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan pembicaraan yang keji ; dan kemudian digunakan sebagai makanan bagi orang miskin. Maka barang siapa menunaikan zakat tersebut sebelum sholat /Idul fithri/ maka itulah zakat yang sebenarnya diterima. Sedangkan barang siapa menunaikan zakat tersebut sesudah sholat /Idul fithri/ maka itu dianggap hanya sebagai sedekah biasa)
HR Abu Hafsh b Syahaim : Shoumu syahri romadhoona mu-‘allaqun bainas samaa-i wal ardhi ; wa laa yurfa-‘u illaa bi zakaatil fithri.(Puasa bulan romadhon itu digantungkan antara langit dan bumi;dan tidaklah diangkat pahala puasa itu kecuali dengan zakat fitrah

3 Versi Hadits aamiin 3 x : sebelum ramadhan/ syawal ? Nabi Muhammad SAW ke mimbar  meng-amini doa malaikat Jibril 
-     durhaka ( anak ke ortu, istri ke suami, muslim ke saudaranya )
LINK KH Zainuddin MZ 
-     maaf  ( anak ke ortu, istri ke suami, orang sekitar )
-     laknat (ramadhan tanpa pengampunan, bhakti ke orang tua, shalawat nabi

Hubungan social 3 : See Sample Khutbah Jum’at Jawi

1.       Ojo nyalahke kahanan – Ojo nyalahi liyan (Jangan menyalahkan keadaaan – Jangan menyalahi orang lain)
QS Al Anbiya 35 : Kullu nafsin dzaaiqotul maut; wa nabluuku bisy-syarri wa khoiri fitnataw~ wa ilainaa turja’uun.” Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati ; Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya–dan hanya kepada kamilah kamu sekalian akan dikembalikan).
laa dhororo wa laa dhiroro “Tidak boleh melakukan perbuatan (mudharat) yang mencelakakan diri sendiri dan orang lain“ (arbain 32)
Man kaana yu’minu billaahi wal yaumil aakhiri fa laa yu-‘dzi jaarohu. Barang siapa beriman kepada Allooh dan hari kiamat janganlah menyakiti hati tetangganya.

2.       Ngapiki > ngapike awake & liyane (membawa kebaikan diri sendiri & lainnya )
SHOLIHUN LI NAFSIHI WA MUSLIHUN LI GHOIRIHI = menjaga kebaikan diri pribadi & membawa kebaikan bagi lainnya 
See Kultum Ashr

1) WAL 'ASHR : Demi Masa
memahami waktu 3 (linear-irreversible-terbatas maut 3/kodrati, tdk bisa dihindari tetapi misteri/ - mensikapi waktu (bijaksana, seimbang dan selaras)  
2) INNAL INSAANA LAFII KHUSRIN : sesungguhnya (sebagian besar) manusia merugi
merugi 3 : ketidak-mengertianketidak perdulianketidak berdayaan
3) ILLAL LADZINA : AAMANU,WA 'AMILUSH SHOOLIHATI ; WA TAWAASHOU BIL HAQQI, WA TAWAASHOU BISH SHOBR(I) :
kecuali orang-orang yang beriman,yang beramal sholih; yang saling menasehatkan dalam kebenaran dan yang saling menasehatkan dalam kebenaran &  kesabaran.
SHOLIHUN LI NAFSIHI : menjaga kebaikan diri pribadi
-  AAMANU : Arkanuddin 3 = iman - islam - ihsan 
'- 'AMILUSH SHOOLIHATI : Arkanul Amal 3 = ittiba - ikhlash - mahabah
MUSLIHUN LI GHOIRIHI : membawa kebaikan bagi lainnya
- TAWAASHOU BIL HAQQI : Arkanul Ilmu 3 = mencari ilmu  - mengamalkan ilmu - mengajarkan ilmu
- TAWAASHOU BISH SHOBR(I) : Arkanush Shobr 3 = menerima mushibah , menjalani ketaatan, menghindari kemaksata

Al kholqu ‘iyaalulloohi kulluhum wa ahabbahum ilalloohi anfa’uhum li ‘iyaalihi. Semua makhluk adalah keluarga Allooh, dan yang paling dicintai Allooh diantara makhluk tersebut adalah yang paling bermanfaat bagi keluargaNya.
Irhamuu man fil ardhi yarhamkum  man  fis samaa-i  Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu.” HR. Abu Dawud dan Timidzi.
QS Al Maidah 2 :Yaa ayyuhaalladziina aamanuu laa tuhilluu sya'aa-irallaahi walaa sysyahra lharaama walaalhadya walaa lqalaa-ida walaa aammiina lbayta lharaama yabtaghuuna fadhlan min rabbihim waridhwaanan wa-idzaa halaltum fastaaduu walaa yajrimannakum syanaaanu qawmin an shadduukum 'ani lmasjidi lharaami an ta'taduu wata'aawanuu 'alaa lbirri wattaqwaa walaanta'aawanuu 'alaa l-itsmi wal'udwaani wattaquullaaha innallaaha syadiidu l'iqaab[5:2] 
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allahsesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

3.       Kearifan demi kesucian (kesadaran dengan kewajaran , ketulusan dalam kekudusan)
HR = In arodta antabiqosh shiddiqiina : fashil man qotho’aka, wa’thi man haromaka, wa’fu ‘amman zholamaka 
Jika kamu ingin melebihi tingkatan orang shidiqin (benar) sebaiknya sambunglah tali shilaturahim kepada yang memutuskan hubungannya, memberi kepada orang yang tidak mau memberi dan memaafkan orang yang menzalimimu. (pesan Nabi SAW kepada Ali ra atau Uqbah bin ‘Amir ?)
juga : Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., beliau berkata: Rasulullah Saw. bersabda: tiga perkara yang ketika ada dalam diri seseorang maka Allah SWT. akan menghisabnya dengan hisab yang mudah dan memasukkannya ke dalam Surga dengan rahmatNya. Sahabat bertanya: bagaimana itu wahai Rasulullah? Rasul menjawab: kamu memberi kepada orang yang menghalangimu, memaafkan orang yang berbuat zalim kepadamu, menyambung tali silaturahmi kepada orang yang memutusnya. (HR. Al-Hakim). wa’thi man haromaka, wa’fu ‘amman zholamakafa shil man qotho’aka
Dalam kitab Mizan al-Amal Hujjatul Islam Imam Abu Hamid al-Ghazali berkata:"Memaafkan orang yang dzalim kepadamu adalah puncak kesantunan dan keberanian, memberi sesuatu kepada orang yang tak pernah memberi kepadamu adalah puncak kedermawanan, menyambung tali hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu adalah puncak kebaikan."
shil man qotho’aka, wa -ahsin ilaa man –asaa-a ilaika wa qulil haqqo wa lau ‘alaa nafsika : Sambungkan silaturrahim yang terputus, dan bersikaplah ihsan (baik) kepada orang yang membeci kamu, dan katakanlah kebenaran (secara jujur) walaupun kepada dirimu sendiri ( Hadits shahih riwayat Ali dari Ibnu Najar, kitab Jami’ush Shaghier jilid II hal. 44 )

QS Hujurot 11 : yaa ayyuhaalladziina aamanuu laa yaskhor qawmun min qawmin 'asaa an yakuunuu khayran minhum walaa nisaaun min nisaa-in 'asaa an yakunna khayran minhunna walaa talmizuu anfusakum walaa tanaabazuu bil-alqaabi bi/sa l-ismu lfusuuqu ba'da l-iimaani waman lam yatub faulaa-ika humu zhzhaalimuun  Hai orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan)n dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita (yang diolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
QS Hujurot 12 : yaa ayyuhaalladziina aamanuu ijtanibuu katsiiran mina zhzhanni inna ba'dhzhzhanni itsmun walaa tajassasuu walaa yaghtab ba'dhukum ba'dhan ayuhibbu ahadukum an ya/kula lahma akhiihi maytan fakarihtumuuhu wattaquullaaha innallaaha tawwaabun rahiim Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
QS Al Hujuroot 13: Yaa ayyuhan naasu, inna kholaqnaakum min dzakarin wa untsa ; wa ja’alnaakum syu’uuban wa qobaila~li ta’aarofuu. Inna akromakum ‘indalloohil atqookum. Innallooha ‘aliimun khobiirun. (Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.  Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.)

2. WHY = MENGAPA  DILAKSANAKAN  ?

QS. Ibrahim: 42 =  wa lā taḥsabannallāha gāfilan 'ammā ya'maluẓ-ẓālimụn, innamā yu`akhkhiruhum liyaumin tasykhaṣu fīhil-abṣār 
[14.42] Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang lalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. 
Kedzaliman tidak akan pernah dilupakan Allah, meskipun manusia begitu mudah melupakannya. Ketika di hari kiamat, akan dilakukan hisab, dimana pahala orang yang mendzalimi akan diserahkan kepada orang yang didzalimi, hingga kedzaliman itu habis.

Hadits nawawi no. 24
`An Abi dzarril-ghifaari rodhiyalloohu ‘anhu Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahuanhu
Anin nabiyyi shollaloohu ‘alaihi wa sallam, fiimaa yarwihi ‘an robbihi ‘azza wa jalla annahu Qoola : dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman:
:"Yaa ‘ibaadii inni harromtuzh zhulma ‘alaa nafsii wa ja’altuhu bainakum muharroman fa laa tazhoolamu.
Wahai hambaku, sesungguhya aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim.
Yaa ‘ibaadii kullukum dhollun illaa man hadaituhu fastahduunii ahdikum. Wahai hambaku semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kalian hidayah.
Yaa ‘ibaadii kullukum ja-i'un illaa man ath’amtuhu fastath’imuni uth’imkum.Wahai hambaku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan.
Yaa ‘ibaadii kullukum ‘aarin illaa man kasautuhu, fastaksuuni aksukum.Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa yang aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian pakaian.
Yaa ‘ibaadii innakum tukhti-una bil-layli wan-nahaari wa ana aghfirudz-dzunuba jami’an fastaghfiruni, aghfir lakum.Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni.
Yaa ‘ibaadii innakum lan tablughdhurri fatadhurruni wa lan tablughu naf`i fatanfa`uni.Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian berikan kepada-Ku.
Yaa ‘ibaadii law anna awwalakum wa akhirokum wa insakum wa jinnakum kaanu ‘alaatqo qolbi rojulin wahidin minkum maa zaada dzalika min mulki syai-aan.Wahai hambaku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun. 
Yaa ‘ibaadii law anna awwalakum wa akhirokum wa insakum wa jinnakum kaanuu ‘alaa afjari qolbi rajulin wahidin minkum, maa naqshdzalika min mulki syai-aan.Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin di antara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga.
Yaa ‘ibaadii law anna awwalakum wa akhirokum wa insakum wa jinnakum qoomuu fii sho’idin wahidin fasa-aluuni faa’thoitu kulla wahidin mas-alatahu, maa naqoshdzalika mimma ‘indi illaa kamaa yanqushu l-makhiitho idza udkhilal-bahro Wahai hamba-Ku, seandainya  sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir semuanya berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan.
Yaa ‘ibaadii innama hiya a’maalukum uh-shihaa lakum, tsumma -auufiikum iyyaahaa, fa man wajada khoiron fal-yahmadillaaha , wa man wajada ghoiro dzalika falaa yalau manna illaa nafsahu Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa yang banyak mendapatkan kebaikaan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah ada yang dicela kecuali dirinya.
(HR. Muslim)

BAB  MUSTARIH (BERISTIRAHAT DAN MENGISTIRAHATKAN) Sebelum Kematian =

Abu Qotadah bin Rib'i Al-Anshari r.a. berkata: 
‘alaihi bi janaazati(n) ~ fa qoola: mustarihun wa mustarohun minhu. 
Ketika ada janazah lalu tiba-tiba Nabi saw. bersabda: Mustarih wa mustarah minhu (Beristirahat dan mengistirahatkan). 
Qooluu: yaa rosuulallooh(i), maal mustarihun wa mustarohun minhu ? 
Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, apakah maksud beristirahat dan mengistirahatkan?  
Al ‘abdul mu-minu yastariihu min nashobid dunyaa wa ‘adzahaa ilaa rohmatillaah(i). 
Jawab Nabi saw.: Seorang hamba mu'min istirahat dari kesibukan dan lelahnya dunia dan gangguannya kembali ke rahmat Allah 
Wal ‘abdul fajru yastariihu minhul ‘ibaadu wal labilaadu wa syajaru wad 
Sedang hamba yang fajir(lacur/jahat) orang-orang merasa istirahat, juga negara dan pohon pohon dan binatang yang melata merasa istirahat dari gangguannya. (Bukhari, Muslim).

plus :
hadits: ‘an ‘aa-isyatu rodhiyallooha ‘anha qoola, qoola rosuulalloohi sholallohu ‘alaihi was salaam, " yaa ‘aa-isyatu inna syarron naasi manzilatan indalloohi yaumal qiiyamati man wada’ahu au tarokahun naasut taqoo-a fuh-syihi ." Dari Aisyah RA berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Hai Aisyah, sesungguhnya manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang dihindari oleh manusia karena takut kejelekannya.” (HR Muslim, hadits no 4693) 
hadits : khoirukum man yurja khoiruhu wa  yu- manu syarrohu wa syarrokum  man laa yurja khoiruhu wa  laa yu- manu syarrohu
 “Yang terbaik diantara kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan dirasa aman dari keburukannya. Sedangkan orang terburuk di antara kalian adalah orang yang tidak bisa diharapkan kebaikannya, justru tidak bisa dirasa aman dari keburukannya,” (HR Tirmidzi).

intinya ... ber-etika-lah : akhlaqul karimah & amilush sholihan ( sholihun li nafsihi + musllihun lil ghoirihi )


BAB :  MUFLIS Al Muflisun (Orang yang Bangkrut / Pailit) 

‘An Abii hurairata ra. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu
Anna rosuulalloohi  SAW. qoola: Atadruuna mal muflisu?
bahwa Rasulullah SAW bertanya : tahukah kalian ( para sahabat)  siapakah orang yang bangkrut ( pailit ) itu ?
Qoolul muflisuu fiinaa man laa dirhama lahu walaa mataa ‘u.
"Maka mereka menjawab : orang yang pailit di antara kita adalah orang yang tidak mempunyai uang dan harta.
Faqoola: Innal muflisa min ummatii ya’tii yaumalqiyaamati bishsholaati washshiyaami wa zakaati wa ya’tii qod syatama haadzaa, wa qodafa hadzaa,/ wa akala maala hadzaa/, wa safaka dama hadzaa, wa dhoroba hadzaa 
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan : orang yang pailit dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakatnya, namun dia datang dan (dahulu di dunianya) dia telah mencela si ini, menuduh (berzina) si itu, /memakan harta si ini, /menumpahkan darah si itu dan telah memukul orang lain (dengan tidak hak),
fa yu’thoo hadzaa min hasanaatihi wa hazdaa min hasanaatihi, fain faniyat hasanaatuhu qobla an yuqdhoo maa ‘alaihi ukhiza min khothooyaahum, fathurihat ‘alaihi tsumma turiha finnari 
maka si ini diberikan kepadanya kebaikan orang yang membawa banyak pahala ini, dan si itu diberikan sedemikian juga, maka apabila kebaikannya sudah habis sebelum dia melunasi segala dosanya ( kepada orang lain ), maka kesalahan orang yang didzalimi di dunia itu dibebankan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke api neraka. (( HR. Muslim 2581))

Tiga model orang yang bangkrut sehingga amal baiknya tidak cukup untuk menutupi keburukannya:
1. Mencela (Mencaci dan memfitnah) syatama haadzaa, wa qodafa hadzaa : mencela si ini, menuduh (berzina) si itu
2. Memakan harta orang lain  akala maala hadzaa : /memakan harta si ini,
3. Menganiaya dan membunuh wa safaka dama hadzaa, wa dhoroba hadzaa : menumpahkan darah si itu dan telah memukul orang lain (dengan tidak hak),

1. Mencela (Mencaci dan memfitnah)

“ ‘An abii khurairata qoolaa: ‘Dari Abi Hurairah ia berkata:
qoola rojulun, yaa rosuulalloohi in fulaanata yadzkuru min kats roti sholaatiha wa shiyaamiha annahaa tu’dzii jiiroonahaa bilisaanihaa. 
Seorang laki-laaki pernah bertanya :”Waahai rosuululloh,ada seorang perempuaan –lalu dia menceritakan banyak shalat dan shaumnya—tetapi dia menyakiti tetangganya dengan lisannya”. 
Qoolaa hia finnari. Beliau menjawab:”Dia masuk neraka”
Qoola yaa rosuulalloohi fain fulaanata  yudzkaru min qillati shiyamiha, wa shodaqootihaa, wa sholaatihaa wa innahaa tashoddaqu bil atswaari min al-qiti walaa tu’zdii jiroonahaa bi lisaanihaa, 
Ia bertanya lagi:”Wahai rosuululloh, ada seorang wanita yang sedikit shaum sedekah  dan sholatnya, dia hanya bersedekah dengan sepotong keju, tetapi dia tidak menyakiti tetangganya dengan lisannya”.
qoolaa hia fil jannati  .  Maka Rosululloh menjawab”Dia di syurga”
(Musnad Ahmad, Hadist hasan)

LINK  7 Larangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (AA Gym)

PLUS Hadits :  
Hadatsana yahyaabnu yahyaa qoola Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dia berkata;
Qoro-tu ‘alaa maaliki ‘an abiiz ziyaadi ‘an –a’roji Aku membaca kitab Malik dari Abu Az Ziyad dari Al A'raj 
 ‘an -abii hurairota rodhiyalloohu ‘anhu qoola : Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata :
qoola rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Iyyaakum wazh-zhonna fa-innazh-zhonna akdzabul hadiitsi
Hindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka karena buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta. 
(1) Jangan Buruk Sangka
Wa laa tahassasuu, Wa laa tajassasuu  , Wa laa tanaafasuu ,
Janganlah mencari-cari isu; janganlah mencari-cari kesalahan; janganlah saling bersaing
(2) jangan saling memata-matai, (3) jangan saling mencari aib.(4), jangan saling bersaing (kemegahan dunia),
wa laa tahaasaduu, wa laa tabaghodhu , wa laa tadaabaru ,
janganlah saling mendengki; janganlah saling memarahi; dan janganlah saling membelakangi (memusuhi)!
(5) jangan saling mendengki, (6) jangan saling membenci, (7) jangan saling bermusuhan
Wa kuunuu ‘ibaadalloohi -ikhwanaa 
tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.
(Shahih Muslim No.4646)

Kutipan artikel bagus : 7 Larangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (AA Gym)

(1) jangan buruk sangka, (2) jangan saling memata-matai, (3) jangan saling mencari aib.(4), jangan saling bersaing (kemegahan dunia), (5) jangan saling mendengki, (6) jangan saling membenci, (7) jangan saling bermusuhan


1.Larangan Pertama =Jangan Buruk Sangka
Imam Al- Qurthubi menerangkan kepada kita bahwasanya buruk sangka itu adalah melemparkan tuduhan kepada orang lain tanpa dasar yang benar. Yaitu seperti seorang menuduh orang lain melakukan perbuatan jahat, akan tetapi tanpa disertai bukti-bukti yang membenarkan tuduhan tersebut.
Allah Swt berfirman, “Hai orang- orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba- sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba sangka itu dosa. Dan janganlah mencari- cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adkah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al- Hujurat[49]: 12)
 Ayat ini diperkuat dengan hadits Rasulullah Saw yang berbunyi, “Iyyakum wa dzana, fainna dzonna akdzabul hadits” yang artinya, “Jauhilah oleh kalian prasangka, karena sesungguhnya prasangka adalah perkataan paling dusta.” (Muttafaq alaih—Shahih)
 Saudaraku, dalam kehidupan sehari- hari kita seringkali menemukan peristiwa seperti ini. Bahkan, boleh jadi diri kita pun tidak luput melakukannya. Baik disadari ataupun tanpa disadari. Hanya karena omongan teman mengenai diri orang lain, kita bisa dengan mudah terpancing untuk turut berprasangka buruk tentangnya.Jika sudah demikian, maka hidup kita tidak akan tenang. Mengapa? Karena kita jadi mudah menilai bahwa orang lain adalah jahat. Kepada orang tertentu yang kita buruk sangkai, kita akan bersikap dingin atau menghindar, karena kita menduga bahwa dirinya jahat dan kita ingin selamat. Padahal sebenarnya, belum tentu seperti itu. Bahkan, sangat mungkin sangkaannya itu keliru.Dalam situasi seperti itu, maka yang rugi siapa? Tiada lain dan tiada bukan yang rugi adalah diri kita sendiri. Kita rugi karena terganggu ketenangan kita. Dan kita bertambah rugi lagi karena buruk sangka mendatangkan dosa pada diri kita sendiri. Na’udzubillahi mindzalik!
Dalam Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali menjelaskan bahwa buruk sangka (suuzhan) adalah haram sebagaimana ucapan yang buruk. Keharaman suuzhan itu seperti haramnya membicarakan keburukan seseorang kepada orang lain. Oleh karena itu tidak diperbolehkan juga membicarakan keburukannya kepada diri sendiri atau di dalam hati, sehingga kita berprasangka buruk tentangnya. Apa yang Al- Ghazali maksudkan adalah keyakinan hati bahwa suatu keburukan tertentu terdapat dalam diri orang lain. Bisikan hati yang hanya terlintas sedikit saja, maka itu di maafkan. Sedangkan yang dilarang adalah menyangka buruk, di mana persangkaan adalah sesuatu yang di yakini di dalam hati.
Jikalau berprasangka buruk terhadap sesama saja sudah mendatangkan dosa. Maka, apalagi jika buruk sangka itu di tujukan terhadap Allah Swt. Seperti apa berburuk sangka kepada Allah itu? Bentuk- bentuk contoh suuzhan kepada Allah Swt adalah sikap putus asa dari rahmat- Nya, merasa diri tidak disayangi oleh- Nya. Juga sikap tidak menerima takdir, menganggap Allah tidak adil, menganggap doanya tidak akan dikabulkan dan menganggap kaum Muslimin akan tetap dalam keadaan kalah dan kemenangan akan selama- lamanya berada ditangan orang- orang kafir. Serta masih banyak contoh lainnya.Sedangkan Allah Swt dengan sangat tegas memperingatkan kita untuk tidak berburuk sangka pada- Nya. Dalam salah satu hadits qudsi disebutkan,
 “Aku senantiasa berada pada prasangka baik hamba-Ku dan aku akan bersama dia ketika ia mengingat-Ku (berdzikir kepada-Ku) kalau ia mengingat-Ku dalam hatinya, maka Aku akan mengingat dia dalam Diri-Ku. Bila ia ingat Diri-Ku di tempat ramai, Aku akan mengingatinya di tempat keramaian yang lebih baik dari padanya. Kalau ia (hamba-Ku) mendekat kepada-Ku sejengkal, akan Ku dekati ia sehasta. Kalau ia mendekat kepada- Ku sehasta, maka Aku dekati dia sedepa dan bila dia datang kepada- Ku berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari.” (HR. Bukhari Muslim. – shahih)
Mungkin kita bertanya- Tanya di dalam hati “Lalu bagaimana cara kita membedakan antara sikap waspada dengan buruk sangka?” pertanyaan seperti ini sangat wajar muncul di dalam benak kita. Karena, memang sangat halus perbedaanya dan juga sangat mudah sekali prasangka terbetik di dalam hati kita.Sebagaimana sudah disinggung di atas, bahwa Allah akan memaafkan prasangka buruk yang muncul hanya selintas saja di dalam hati yang kemudian dilupakan. Karena manusia adalah makhluk yang lemah yang tidak mampu menghalang- halangi munculnya kilatan prasangka yang muncul secara tiba- tiba begitu saja di dalam hatinya. Namun, apabila kilatan prasangka tersebut dipelihara terus, dilanjutkan atau ditumbuhkan dengan kecurigaan- kecurigaan berikutnya apalagi hingga dibicarakan kepada orang lain, maka inilah yang mendatangkan dosa.Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi RA, bahwa buruk sangka yang hukumnya haram adalah prasangka buruk yang menetap di dalam hati seseorang. Sedangkan prasangka buruk yang muncul secara sekilat saja lalu hilang, itu tidaklah mendatangkan dosa karena memang di lur kemampuan manusia.
Pendapat Imam Nawawi tersebut didasarkan kepada sebuah hadits yang menjelaskan bahwasanya Allah Swt akan memaafkan seorang hamba yang di dalam hatinya muncul suatu hal terlarang secara selintas saja secara tidak sengaja, dan ia tidak melanjutkannya dengan cara menceritakannya atau melakukannya.
 Hadits tersebut adalah sabda Rasulullah Saw, “Sesungguhnya Allah memaafkan bagi umatku apa yang terlintas di hati mereka selama mereka tidak membicarakan atau melakukannya.” (HR. Bukhari, Muslim.—shahih)     “Sebagaimana pengertiannya bahwa buruk sangka adalah menuduh orang lain berbuat keburukan tanpa didasari dengan bukti atau petunjuk yang kuat. Menurut penjelasan Imam Nawawi, maka jika persangkaan muncul karena didorong oleh petunjuk- petunjuk yang kuat dan bisa dipertanggungjawabkan, persangkaan ini tidaklah haram dan tidaklah termasuk kepada buruk sangka. Karena demikianlah tabiat manusia, jika ia mendapatkan petunjuk- petunjuk yang kuat, maka muncullah persangkaan di dalam dirinya. Persangkaan buruk yang sama sekali tidak didasari petunjuk- petunjuk yang kuat dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
 Dalam hal buruk sangka kepda Allah Swt, hal ini biasanya terjadi manakala seseorang ditimpa kesulitan hidup. Ketika doanya tidak juga terkabul, keinginannya tidak juga terwujud, maka ia kecewa. Ia putus asa dan beranggapan bahwa Allah Swt tidak mau endengarkan doanya, tidak menyayanginya. Dalam situasi itu biasanya seseorang menjadi gelap mata dan buta hati. Ia lupa padasekian banyak pemberian Allahyang terlimpah kepada dirinya selama ini. Ia lupa pada penjaganya, pemberian, dan kasih sayng Allah yang tiada pernah bisa terhitung disepanjang hidupnya, sejak ia di dalam rahim ibuya, hingga ia lahir tumbuh dan berkembag.Padahal, ketika doanya tidak terkabul saat itu, maka itu sesungguhnya bukanlah tidak dikabulkan oleh Allah Swt. Melainkan Allah menundanya dan mengabulkannya berupa kebaikan di akhirat kelak. Atau Allah akan mengabulkannya dengan cara menyelaatkan dirinya dari keburukan.
Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah seorang muslim memanjatkan doa pada Allah selama tida mengandung dosa dan memutuskan silaturahim, melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan doanya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “kalau begitu kami akan memperbanyak berdoa.” Nabi Saw lantas berkata, “ Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan doa- doa kalian.” (HR Ahmad.—shahih)
Selain itu, sifat manusia yang selalu tak pernah puas mengakibatkan selalu bermunculan keinginan demi keinginan. Manusia mengira bahwa segala hal yang ia inginkan itu memang baik baginya. Setelah punya motor, ia ingin punya mobil. Setelah punya mobil, ia ingin punya mobil yang mewah. Setelah punya kontrakan, ia ingin punya rumah. Setelah punya rumah, ia ingin punya rumah yang lebih luas dan lebih indah. Begitulah seterusnya. Setelah punya pekerjaan, ia ingin punya jabatan atau kedudukan yang lebih tinggi lagi. Ingin punya penghasilan yang lebih tinggi lagi. Ingin punya penghasilan yang lebih besar lagi
Demikianlah manusia. Memang tidak salah manakalamanusia punya keinginan. Karena dengan adanya keinginan, manusiaakan hidup secara aktif dan kreatif. Namun yang keliru adalah ketika manusia memikirkan bahwa apa yang diinginkannya harus ia dapatkan sehingga ia berusaha mendapatkannya dengan menghalalkan berbagai macam cara. Dan ketika ia gagal mendapatkannya, lantas ia putus asa dan menghujat siapa saja, tak terkecuali Allah Swt. Inilah sikap yang salah. Artinya: “..Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)
Sebagai contoh, ada yang ingin menjadi pegawai negeri. Ujian-ujian seleksi ia ikuti. Berbagai persyaratan ia penuhi. Ia menghindari praktik kotor melakukan sogokan untuk meloloskan keinginannya. Akan tetapi, ia tidak lulus ujian tersebut. Pada kesempatan berikutnya ia mencoba kembali, namun tidak juga lulus.
Orang yang mengalami hal demikian bisa jadi terjerumus pada sikap putus asa dan berburuk sangka kepada Allah Swt. Namun, bisa jadi juga dia tetap berprasangka baik kepada-Nya dengan meyakini bahwa kewajiban dirinya hanyalahberusaha seserius dan sebaik mungkin. Karena apapun hasilnya, itu adalah kekuasaan Allah Swt. Siapa yang tahu jika ternyata ketidaklulusannya yang berkali- kali itu mengantarkan dirinya menjadi seorang wirausaha sukses.
 Berprasangka baik terhadap Allah Swt akan membuat kita senantiasa siap menerima ketetapan-Nya yang akan terjadi kepada kita. Baik itu kenyataan yang sesuai dengan keinginan, maupun yang tidak. Baik itu kenyataan berupa keberuntungan, maupun kenyataan berupa musibah. Prasangka baik terhadap Allah Swt membuat kita senantiasa yakin bahwasanya setiap ketetapan Allah Swt terhadap diri kita itu pada hakikatnya adalah kebaikan.
Sebagaiman firman Allah Swt.,“Dan dikatakan kepada orang- orang yang bertakwa, “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab, “ (Allah telah menurunkan) kebaikan!”Orang- orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampong akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik- baik tempat bagi orang yang bertakwa.” (QS. An Nahl [16]: 30)
Tidaklah semata- mata Rasulullah Saw melarang umatnya dari suatu perbuatan tertentu, kecuali karena perbuatan tersebut bisa berdampak buruk. Baik bagi dirinya maupun orang lain. Tak terkecuali buruk sangka.
Selain mendatangkan dosa, buruk sangka juga mengganggu kesehatan mental dan jiwa. Karena setiap kali seseorang berburuk sangka terhadap orang lain, maka selama itu pula dirinya akan dipenuhi dengan pikiran- pikiran negative, kesehariannya tidak tenang, gundah gulana dan gelisah disebabkan prasangkanya sendiri .
Buruk sangka tanpa terasa membuat seseorang menjadi berjiwa pengecut. Karena ia terbiasa sibuk dengan prasangkanya tanpa ada keberanian untuk mencari kebenaran atau tabayyun langsung kepada orang bersangkutan.
Akibatnya kemudian, seseorang yang selalu berburuk sangka, tentunya sulit untuk bahagia. Bahagia adalah keadaan di mana hati tenang tentram. Sedangkan dengan buruk sangka, ketenangan hati akan sangat sulit di dapat. Mengapa? Karena rasa curiga dan pikiran negative lebih mendominasi diri kita. Jika sudah demikian, bagaimana mungkin bisa tenang?!
Semoga kita terhindar dari sifat buruk sangka. Sehingga tenanglah hati kita dan bahagialah hidup kita.

2.     Larangan Kedua = Jangan Saling Memata- matai
Saudaraku, dalam buku Hayatush Shahabah, ada sebuah riwayat mengenai khalifah Umar bin Khatab ra. Suatu malam, Umar berjalan bersama Abdullah bin Mas’ud memeriksa keadaan kota Madinah. Tiba- tiba, mata beliau melihat sebuah rumah yang diterangi cahaya dari bagian dalamnya. Kemudian, Umar menghampiri sumber cahaya itu sehingga ia melihat ke dalam rumah tersebut.
Ternyata di rumah itu, ada seorang lelaki tua sedang minum arak dan menari- nari bersama budak perempuan yang menyanyi untuknya. Kemudian, Umar masuk sendirian dan menghardik lelaki tua itu, “Wahai fulan, tidak pernah aku saksikan pemandangan yang lebih buruk dari ini, orang tua yang sudah tua meminum arak dan menari- nari!”
Lelaki tua itu menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, apa yang engkau sampaikan adalah lebih buruk dari apa yang kau saksikan. Engkau telah memata- matai pribadi orang, padahal Allah telah melarangnya dan engkau telah masuk rumahku tanpa seizinku!”
Umar membenarkan ucapannya kemudian ia keluar dari rumah itu dengan menyesali perbuatannya. Umar berucap “Sungguh telah celakalah Umar apabila Allah tidak mengampuninya.” Umar menyadari kesalahannya yang telah mengendap- endap melihat aib orang lain dan memasuki rumah orang lain tanpa seizing penghuninya. Kedua perbuatan ini adalah hal yag dilarang oleh Allah Swt melalui firman-Nya dalam surat Al- Hujurat ayat 12 dan surat An Nur ayat 27.
Lelaki tua itu merasa sangat malu kepada Umar karena kepergok melakukan maksiat. Dia khawatir akan dihukum atau setidaknya akan diumumkan dihadapan banyak orang oleh Umar. Sehingga ia tidak dating ke majelis Umar dalam waktu yang cukup lama.
Sampai pada suatu hari lelaki itu diam- diam dating ke majelis Umar secara diam- diam. Dia duduk di paling belakang sambil menundukan kepala agar tidak terlihat oleh Umar. Tiba- tiba Umar memanggilnya dengan usara yang agak keras, “Wahai Fulan mari duduk di dekatku!”
Lelaki tua itu merasa gentar. Tubuhnya gemetar. Dia mengira akan dipermalukan di depan umum. Dengan wajah pucat pasi, dia pasrah menghampiri Umar. Kepalanya menunduk, tegang membayangkan apa yang akan terjadi kemudian.
Setelah lelaki itu duduk di dekatnya, Umar berbisik, “Wahai fulan, demi Allah yang telah mengutus Muhammad sebagai seorang Rasul, tidak akan aku beritahuseorangpun tentang apa yang aku lihat di dalam rumahmu, meskipun kepada Abdullah bin Mas’ud yang saat itu ikut bersamaku.”
Lelaki itu takjub sekaligus heran. kemudian ia menjawab dengan berbisik, “Wahai Amirul Mukminin, demi Allah yang telah mengutus Muhammad sebagai seorang Rasul, sejak malam itu sampai saat ini aku telah meninggalkan perbuatan maksiatku.”
Salah satu pelajaran berharga dari kisah diatas adalah tentang larangan memata- matai sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al Hujurat ayat 12 seperti disampaikan pada bagian awal buku ini.
Krgiatan memata- matai dalam ayat ini disebut dengan istilah Tajassus. Yaitu kegiatan atau aktifitas mengorak- ngorek suatu berita dengan tujuan meneliti lebih dalam. Sedangkan jika suatu berita didapatkan secara alami, atau sekedar dikumpulkan lalu diinformasikan kembali, maka itu tidak termasuk aktifitas memata- matai
Memang ada kegiatan memata- matai yang diperbolehkan. Yaitu kegiatan mematai- matai pihak yang memusuhi dan memerangi Islam. Sedangkan Di luar itu, maka tidak diperbolehkan. Baik terhadap non muslim yang hidup di tengah- tengah umat Islam dan tidak memerangi umat Islam.
Jika demikian, apalagi perbuatan memata-matai kehidupan saudara kita sendiri, sesame muslim, atau tetangga kita. Setiap orang tentu tidaklah sempurna. Selalu ada kekurangan dan kesalahan. Terlebih lagi di dalam tempatnya yang privat semisal di dalam rumahnya, di tengah keluarganya.
Memata- matai kehidupan orang lain adalah hal yang diharamkan dan sangat dikecam oleh Rasulullah Saw. Apalagi jika setelah memata- matai itu, informasi yang didapatkan kemudian dibicarakan disebarkan kepada orang lain. Tentu ini lebih besar lagi dosanya.
Saking besarnya kecaman Rasulullah Saw terhadap perbuatan memata- matai ini, sampai- sampai dalam sebuah keterangan yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, beiau bersabda, “Jika seseorang melihatmu dalam keadaan tanpa pakaian, tanpa seizinmu, lalau engkau membutakan kedua matanyadengan lemparan batu, maka tidak ada celaan atas perbuatanmu itu.” (HR. Muslim, — shahih).
Apa yang dimaksud dengan keadaan tanpa pakaian dalam hadits diatas adala aurat. Aurat ini tidak hanya bermakna aurat fisik, melainkan kiasan juga yang maksudnya adalah aib atau kekurangan pada diri seseorang.
Dalam Raudhah Al ‘Uqala, Abu Hatim bin Hibban Al Busti menerangkan bahwa orang yang berakal wajib mencari keselamatan untuk dirinya dengan meninggalkan perbuatan memata- matai saudaranya, dan senantiasa sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri
Karena sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan kejelekan diri sendiri dan melupakan kejelekan orang lain, hatinya akan tentram dan tidak akan lelah. Setiap kali dia melihat kejelekan yang ada pada dirinya, maka dia akan merasa hina tatkala melihat kejelekan serupa ada pada saudaranya.
Sementara orang yang selalu sibuk mencari kejelekan orang lain dan lupa pada kejelekannya sendiri, maka hatinya akan buta. Ia akan merasa letih dan sulit meninggalkan kejelekan dirinya sendiri.
Demikianlah betapa buruknya perbuatan memata- matai, mengorek- ngorek informasi tentang diri orang lain tanpa kita berhak melakukannya. Apalagi perbuatan itu dilakukan sekedar untuk mengetahui aib orang lain kemudian memperbincangkan dan menyebarluaskannya. Sungguh betapa busuknya perilaku yang demikian itu. Tak hanya bertentangan dengan keteladanan suri tauladan kita, Rasulullah Saw. Namun juga bertentangan dengan kehendak Allah Swt. Smoga kita terhindar dari perbuatan demikian.

3.     Larangan Ketiga = Jangan Saling Mencari Aib
Dalam Al Bidayah wan Nihayah karya Imam Ibnu Katsir disebutkan sebuah kisah. Satu ketika Sufyan bin Husain berkata, “Aku pernah menyebutkan kejjelekan seseorang di hadapan Iyas bin Mu’awiyyah. Lalu ia memandangi wajahku seraya berkata, “Apakah engkau pernah ikut memerangi bangsa romawi?” Aku menjawab, “Tidak”. Ia bertanya lagi, “Kalau memerangi bangsa Sind, Hind (India) atau Turki?” Aku juga menjawab, “Tidak”
Kemudia ia berkata, “Apakah layak, bangsa Romawi, Sind, Hind dan Turki selamat dari kejelekanmu sementara saudaramu yang muslim tidak selamat dari kejelekanmu?!”. Setelah kejadian itu, aku tidak pernah mengulangi lagi berbuat seperti itu.”
Saudaraku, setelah kita dilarang untuk saling memata- matai, selanjutnya kita dilarang untuk saling mengumbar aib. Kedua hal ini sangat berkaitan erat. Karena biasanya jikalau kita sudah terjangkit perbuatan buruk gemar memata- matai kehidupan saudara kita maka kita akan terpancing untuk mencari- cari aib keburukannya. Padahal sudah jelas manusia bukanlah makhluk yang bersih dari kesalahan.
 Begitu banyak nasihat Rasulullah Saw yang mengingatkan kita bahwasanya sesama muslim itu terdapat ikatan persaudaraan. Ikatan persaudaraan yang nilai atau derajatnya lebih tinggi dibandingkan persaudaraan yang diikat karena pertalian darah, suku bangsa atau Negara. Karena persaudaraan sesame muslim itu diikat dengan iman.
Oleh karena itulah sesama muslim dilarang untuk saling menyakiti dengan cara apapun. Baik dengan cara bisikan hati, ucapan lisan, atau perbuatan. Sebaliknya, sesame muslim justru diperintahkan untuk saling mencintai, saling melindungi, saling membela. 
Seorang muslim berhak untuk ditabayunkan atas kesalahpahamannya. Seorang muslim berhak untuk dibaiksangkai atas perbuatannya yang dalam pandangan kita adalah keliru. Seorang muslim berhak untuk mendapatkan rasa aman dari perkataan dan perbuatan sesamanya. 
Bukankan Rasulullah Saw pernah ditanya tentang siapakah muslim yang paling utama. Kemudian, beliau menjawab, “Yaitu orang yang bisa menjaga lisan dan tangannya dari perbuatan buruk terhadap saudaranya.” (HR. Bukhari. – shahih)  
Dalam hadits yang lain, Rasulullah Saw menegaskan bahwa perbuatan mencari- cari aib orang lain apalagi membukanya dan menyebarkannya adalah perbuatan orang yang tidak memiliki iman di dalam hatinnya. Bahkan tergolong kepada golongan orang munafik, karena cirri kemunafikan adalah hanya menyatakan iman dengan ucapan, tanpa menghadirkan iman di dalam hatinya. 
Rasulullah Saw bersabda, “Wahai sekalian manusia yang beriman dengan lidahnya, (namun) belum masuk iman ke dalam hatinya, janganlah kalian mengumpat orang- orang islam dan janganlah membuka aib mereka. Sesungguhnya orang yang membuka aib saudaranya yang muslim, maka Allah akan membuka aibnya. Dan siapa yang aibnya dibuka oleh Allah, maka Allah akan membukanya sekalipun di dalam rumahnya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi.– Hasan Gharib menurut Imam Tirmidzi).  
Jikalau Allah membuka aib-aib kita, maka sungguh tiada seorang pun atau sesuatu apapun yang bisa menutupinya. Tak ada yang bisa menyelamatkan kita. Sedikitpun kita tak akan bisa mengelak. Namun sebaliknya, jikalau Allah menyelamatkan kita sebagai balasan atas sikap kita yang membela, menolong dan menutupi aib sesame muslim, maka sungguh tak ada yang bisa menghalanginya.  
Mencari-cari dan membuka aib orang lain adalah perbuatan tercela. Bahkan jangankan aib orang lain, membuka aib diri sendiri saja adalah perbuatan yang dilarang oleh Rasulullah Saw. Beliau bersabda, “Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari , kemudian di pagi harinya ia berkata: “Wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu- padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya.” (HR. Bukhari Muslim, — Shahih). 
Namun, penting untuk dipahami bahwa maksud menutupi aib sesama muslim itu bukan berarti menutup-nutupi perbuatan muslim yang berbuat kezhaliman. Apalagi jika itu adalah perbuatan jahat yang sudah seharusnya diadili dan mendapatkan hukuman. Tolong- menolong hendaknya dilakukan dalam kebaikan, tidak dalam kejahatan.  
Khususnya apabila seseorang dimintai kesaksian didepan hukum mengenai perbuatan salah atau jahat saudaranya yang merugikan orang lain bahkan orang banyak, maka wajib baginya untuk memberiksn kesaksian sejujur mungkin, bukan menutup-nutupi kebenaran yang ia ketahui dengan alasan solidaritas, kesetiakawanan atau persaudaraan. Justru, memberikan kesaksian yang sejujurna demi tegaknya keadilan, itu adalah sikap solidaritas dan persaudaraan yang hakiki.  
Lantas, bagaimana wujud menutupi aib saudara itu? Misalnya adalah ketika ada beberapa orang membicarakan aib orang lain, maka kita mencegah hal itu dengan cara menegur mereka atau membelikkan pembicaraan secara halus agar mereka tidak kebablasan membicarakan aib orang yang sedang dibicarakan itu. 
Demikian juga jika kita mengetahui salah seorang saudara kita memiliki aib berupa perbuatan maksiat yang tidak merugikan orang lain, seperti meminum khamar. Maka, wujud menutupi aibnya itu adalah dengan tidak menceritakannya kepada orang lain. Akan tetapi, tetap menasehati dan mengingatkannya agar bertaubat kepada Allah Swt dan meninggalkan perbuatan maksiatnya itu. 
Ada keteladanan yang amat mulia dicontohan oleh Rasulullah Saw. Ketika itu, usai menunaikan shalat Ashar di Masjid Q uba, salah seorang sahabat mengundang Rasulullah dan jamaah singgah ke rumahnya untuk menikmati sajian daging unta. Ketika sedang makan- makan, tiba-tiba tercium aroma kurang sedap. Rupanya ada salah seorang dari yang hadir yang buang angin. Para sahabatpun saling menoleh. 
Rasulullah Nampak kurang berkenan dengan keadaan itu. Maka, ketika waktu shalat Maghrib hampir tiba, sebelum bubar, Rasulullah Saw berkata, “Barangsiapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudhu.” Mendengar perintah Rasulullah itu, maka semua yang hadirpun mengambil air wudhu. Sehingga terhindarlah aib orang yang buang angin. Karena jika Rasulullah tidak memberikan perintah tersebut, amat mudahlah hadirin mengetahui siapa yang buang angin tadi. 
Tentang aib yang dirahasiakan, ada satu kisah terkenal yang ditulis oleh Syaikh DR. Muhammad Al’ Ariifi dalam bukunya yang berjudul, Fi Bathni al Hut. Berikut ini kisahnya. 
Ketika itu Bani Israil ditimpa musim kemarau yang berkepanjangan. Mereka pun berkumpul mendatangi Nabi mereka. Mereka berkata, “Wahai Kalimallah, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami.” Maka berangkatlah Nabi Musa bersama kaumnya menuju padang pasir yang luas bersama lebih dari 70 ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan kondisi yang lusuh penuh debu, haus dan lapar.
 Musa berdoa, “Wahai Tuhan kami, turunkanlah hujan kepada kami, tebarkanlah rahmat-Mu, kasihilah anak- anak dan orang- orang yanmg mengandung, hewan-hewan dan orang-orang tua yang rukuk dan sujud.” Setelah itu langit tetap saja terang benderang. Mataharipun bersinar makin terik. Kemudian, musa berdoa lagi, “Wahai Tuhanku berilah kami hujan.” 
 Allah pun berfirman kepada Musa, “Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu. Keluarkanlah ia di depan manusia agar dia berdiri di depan kalian semua. Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian.” 
Maka, musa pun berteriak di tengah- tengah kaumnya, “Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun, eluarlah dihadapan kami, karena engkaulah hujan tak kunjung turun.” 
Seorang laki- laki melirik ke kanan dan kiri. Tak seorangpun yang keluar di depan manusia, saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud. Ia berkata dalam hatinya, “kalau aku keluar ke depan manusia, maka akan terbuka rahaiaku. Kalau aku tidak berterus terang, maka hujanpun tak akan turun.” 
Maka, kepalanya tertunduk malu dan menyesal. Air matanya pun menetes, sambil berdoa didalam hati kepada Allah, “Ya Allah, aku telah bermaksiat kepadamu selama 40 tahun, selama itu pula Engkau menutupi aibku. Sungguh sekarang aku bertobat kepada- Mu, maka terimalah taubatku.”  
Belum sempat ia mengakhiri doanya maka awan- awan tebalpun bergumpal. Semakin tebal menghitam lalu turunlah hujan. Nabi Musa pun keheranan dan berkata, “Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, padahal tak seorang pun yang keluar di hadapan manusia.”  
Allah berfirman, “Aku menurunkan hujan karena seorang hamba yang karenanya hujan tak kunjung turun.”Musa brkata. “Ya Allah, tunjukka padaku hamba yang taat itu.” 
Lalu Allah berfirman, “Wahai Musa, Aku tidak mebuka aibnya padahal ia bermaksiat kepada- Ku, maka apakah Aku akan membuka aibnya sedangkan ia taat (taubat) kepada- Ku?!”  
Saudaraku, jelas sudah bahwa mencari-cari dan membuka aib orang lain adalah perbuatan yang amat tercela. Semoga kita tergolong orang- orang yang lebih sibuk mencari aib diri sendiri untuk kemudian memperbaikinya. Daripada mencari-cari aib orang lain apalagi tanpa memperbaikinya.
Rasulullah Saw bersabda, “Seseorang muslim dengan muslim yang lain adalah bersaudara, dia tidak boleh berbuat dzalim dan aniaya kepada saudaranya. Barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa yang membebaskan seorang muslim dari suatu kesulitan, maka Allah akan membebaskannya dari kesulitan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat kelak.” (Muttafaq alaih. –Shahih).

4.     Larangan Keempat = Jangan Saling Bersaing (Kemegahan Dunia) 
Dalam sejarah kita banyak menemukan kisah-kisah manusia yang hidupnya sibuk dalam kemegahan dunia. Perjalanannya adalah perjalanan mengumpulkan harta. Seolah harta yang dimiliki tidak pernah cukup. Namun ironisnya, kebanyakan dari kisah-kisah seperti itu berakhir dengan kehancuran. Salah satu kisah yang paling termahsyur adalah kisah Qarun. 
Di dalam surat Al- Qashash [28] ayat 76-82 kisah Qarun dijelaskan secara terang-benderang. Bahwa Qarun adalah sepupu dari Nabi Musa AS, yang diberikan karunia oleh Allah Swt berupa harta yang berlimpah ruah banyaknya. Akan tetapi dengan harta itu ia bersikap takabur dan memamerkan kekayaannya. Sikapnya itu bahkan hampir-hampir saja mencelakakkan umat Bani Israil lainnya ikarenakan mereka merasa iri terhadapnya. Sebelum akhirnya, ia binasa disebabkan sikapnya yang mengkufuri nikmat Allah Swt. 
Sungguh, Allah tiada pernah melarang hamba-hamba-Nya untuk bekerja guna mendapatkan harta. Malah, justru giat bekerja adalah bagian dari bentuk kepatuhan terhadap-Nya. Bekerja dengan giat juga salah satu bentuk menghidupkan sunnah Rasul-Nya. Bukankah Rasulullah Saw juga bekerja bahkan sejak usianya sangat belia. 
Allah Swt menciptakan alam raya dengan segala kekayaannya ini adalah untuk digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Allah Swt berfirman,  Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi segala hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 22)
 Jelas sudah, bahwa kekayaan ala mini memang diperuntukkan bagi manusia. Allah tidaklah melarang hamba-Nya untuk memiliki bagian dari kekayaan yang berlimpah itu. Akan tetapi yang dilarang oleh-Nya adalah persaingan tidak sehat dalam mendapatan kekayaan dunia. Yang dilarang oleh-Nya adalah bersikap sombong dan kufur atas kekayaannya. 
Saat ini bukan hal asing ketika manusia berlomba- lomba mengumpulkan harta kekayaan, kemudian memamerkannya dengan harapan mendapat sanjungan, pujian dan pengakuan bahwa dirinya adalah orang yang kaya raya. Bukan ha lasing pula ketika manusia menghalalkan berbagai macam cara hanya demi memiliki harta. Ada yang korupsi, ada yang mencuri, memalsukan uang hingga mencoba- coba ilmu hitam
 Jika memang yang diharapkan dari limpahan kekayaan itu adalah pujian orang. Setelah orang lain memuji kita, maka itusama sekali tak member pengaruh apa- apa. Jika memang yang diharapkan dari limpahan kekayaan itu adalah rasa puas dan bahagia, maka camkanlah bahwa justru semakin berlimpah kekayaan, semakin bertambah pula kegelisahan. Gelisah harta itu dicuri orang, gelisah harta itu berurang dan lain sebagainya.
 Saudaraku, marilah kita renungkan pesan Allah Swt yang terkandung dalam surat At Takatsur ini,  Artinya: “Bermegah-megah telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. Niscaya kamu benar-benarakan melihat neraka jahiim. Dan sesungguhnya kamu enar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yakin. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At Takatsur [102]: 1-8). 
 Penting untuk selalu kita sadari, bahwa Allah-lah pemilik segala karunia. Dia-lah Yang Maha Memberi kepada seluruh makhluk-Nya. Sedangkan manusia, tidak lebih dari sekedar makhluk yang dititipi oleh-Nya. Sungguh tidak ada artin ya apa yang kita miliki dibandingkan kekayaan-Nya.
 Menyikapi kekayaan yang kita miliki, alangkah baiknya jika kita memakai teori tukang parker. Seorang tukang pasrkir tidak pernah merasa jumawa, sombong dan ujub atas berbagai kendaraan yang berada di dalam kekuasaannya . karena ia menyadari betul bahwa semua kendaraan itu hanyalah titipan semata yang dating dititipkan kepadanya untuk nanti diambil kembali oleh pemiliknya.
 Demikian pula dengan harta kekayaan kita. Tiada lain hanyalah titipan Allah semata. Dia yang Maha Kaya telah menitipkannya kepada kita sebagai ujian apakah kita amanah ataukah tidak. Apakah kita menggunakan titipan- titipan-Nya itu sesuai dengan kehendak-Nya ataukah malah sebaliknya.
 Tak perlu sibuk berlomba-lomba dalam kemegahan dan kekayaan. Sibuklah berlomba- lomba dalam berbagi, bersedekah, berwakaf dan amal kebaikan lainnya. Berlomba dalam kemegahan akan berujung di garis finish penyesalan. Sedangkan berlomba dalam kebaikan akan berujung di garis finish kebahagiaan.

 5.     Larangan Kelima = Jangan Saling Mendengki
Dengki atau hasad adalah sikap yang sangat tercela. Yaitu sikap seseorang yang tidak senang apabila melihat saudaranya mendapatkan kenikmatan, keuntungan atau karunia. Ia mengharapkan semua kebaikan itu sirna dari saudaranya, dan kalau bisa berpindah kepada dirinya.
Sebagaimana firman Allah Swt, “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya.” (QS. Ali Imran [3]: 120)
Dengki sangatlah tercela karena penyakit ini bisa menyebabkan berbagai penyakit lain yang tidak kalah busuk nya. Yaitu dengki bisa mendatangkan rasa dendam, permusuhan, fitnah hingga  kemunafikan yang merupakan dosa besar.
Betapa berbahayanya dengki itu, sampai- sampai Allah memperingatkan kita dari karakter dengki. Allah Swt berfirman, “Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subug. Dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita- wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul- buhul. Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” (QS Al Falaq [113]: 1-5)
Seperti seorang pedagang yang kios nya bertetanggaan dengan pedagang lain. Mereka berjualan barang- barang yang kurang lebih sama. Namun, kios pedagang X lebih ramai dikunjungi pembeli dibanding kios pedagang Y. lantas, pedagang Y tidak suka atas apa yang terjadi pada pedagang X. ia berharap dirinya lah yang mendapat keuntungan, bukan X. timbul kegelisahan dalam hati Y, sehingga ia berfikir negatif, mengharap apa yang dialami X, terjadi pada dirinya. Bahkan ia mengharapkan karunia yang dirasakan X itu berakhir.
Pendengki adalah orang yang paling rugi. Dia berbuat dzhalim yang di rugikan dan yang menderita adalah dirinya sendiri. Padahal kedengkiannya pada orang lain tak akan mengubah apa yang telah Allah berikan kepada hamba-Nya. Takdir Allah terhadap seseorang tak pernah bisa dihalang-halangi oleh seorangpun atau sesuatu apapun.
Malangnya seorang pendengki adalah ia akan semakin bertambah nelangsa dan menderita jika pemberian Allah kepada orang yang di dengki itu semakin bertambah. Kedengkian adalah bukti kurang iman. Dengki itu bukti tidak ridha pada perbuatan Allah terhadap hamba-Nya. Dengki itu sikap ingin mengatur Allah sesuai hawa nafsunya. Tentulah dengki itu sikap yang tak punya adab. Yaitu adab terhadap Allah, Tuhan semesta alam.
 Padahal sesungguhnya Allah berbuat sesuai kehendak-Nya pasti dengan ke Maha adilan-Nya. Harus kita bersyukur atas apa yang telah Allah karuniakan kepada kita, dan juga turut bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada hamba- Nya yang beriman lainnya.
Setiap orang mendapatkan kapling ketentuannya masing- masing. Jangankan satu kampong, bahkan kakak-adik saja atau kembar sekalipun tetap saja berbeda. Rezeki, kemampuan, postur tubuh, jodoh dan hal lainnyatidak akan sama.
 Allah Swt memerintahkan sesama muslim untuk saling mendukng, membantu, mendoakan dan turut merasa gembira atas kegembiraan yang sedang dirasakan oleh sesama muslim. Inilah yang disebut dengan sikap Ghibthah, sikap yang bertolak belakang dengan dengki.
 Para ulama menerangkan bahwa Ghibthan adalah rasa ingin mendapatkan kenikmatan atau keberuntungan yang didapatkan oleh orang lain, tanpa diiringi hawa nafsu yang menginginkan kenikmatan atau keberuntungan itu hilang dari orang yang mendapatkannya. Orang yang Ghibthah juga tidak merasa benci manakala melihat orang lain mendapatkan nikmat atau keberuntungan. 
 Inilah yang dimaksud dengan dengki atau hasad pada hadits berikut ini. Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada hasad yang dianjurkan kecuali pada dua perkara, (yaitu) (1) orang yang diberi pemahaman Al- Quran lalu dia mengamalkannya di waktu- waktu malam dan siang; dan (2) orang yang Allah karuniai harta lalu dia menginfakkannya di waktu-waktu malam dan siang.” (HR. Muslim. –Shahih).
  Ghibthah terhadap dua orang yang dijelaskan dalam hadits di atas merupakan sikap yang baik. Bolehkah kita ghibthah pada urusan dunia? Hal ini memiliki hokum asal yaitu boleh. Seperti kita ingin memiliki kendaraan seperti yang dimiliki oleh saudara kita, maka itu diperbolehkan.  
Namun, perlu kita waspadai bahwa sesuatu yang hukumnya boleh akan menjadi tercela jika berlebih- lebihan. Demikian juga Ghibthah dalam urusan dunia. Ini seperti  yang terjadi pada kaum Qarun. Ketika mereka melihat kemewahan dan kekayaan Qarun, maka mereka berangan- angan memiliki kemewahan seperti Qarun. Hal ini diterangkan oleh Allah Swt dalam surat Al Qashash ayat 79-80.
 Adapun Ghibthah yang dianjurkan adalah Ghibthah dalam urusan akhirat. Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Ghibthah dalam urusan akhirat dalah terhadap dua orang yang melakukan dua perbuatan sebagaimana disebutkan dalam hadits diatas. Atau perbuatan yang semisal dengannya. 
Ghibthah dalam urusan akhirat akan mendorong kita menjadi semakin semangat dalam beramal shaleh. Melihat seorang yang hafidz Al-Quran, maka kita menjadi semangat menghafal Al- Quran. Melihat orang yang gemar bersedekah, maka kita menjadi semangat bekerja agar bisa leluasa sedekah. Emikianlah contoh Ghibthah dalam urusan akhirat 
 Sahabatku, dengki adalah perkara yang buruk. Lawanlah dengki dengan Ghibthah. Semoga kita tidak tergolong orang- orang yang merugi karena sesungguhnya dengki hanya mendatangkan dosa dan menyengsarakan diri sendiri. 

 6.     Larangan Keenam = Jangan Saling Membenci
Firman Allah “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surge yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang- orang yang bertakwa. (yaitu) orang- orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang- orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang- orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali Imran [3]: 133-134)
Mengapa harus ada rasa saling benci jika kita ditakdirkan sebagai umat yang bersaudara satu sama lain. Persaudaraan yang jauh lebih mulia daripada persaudaraan karena ikatan darah, bahasa atau suku bangsa. 
Mengapa harus ada rasa saling benci hanya karena kita berbeda daerah, berbeda suku, berbeda organisasi, berbeda partai, jika kita masih meyakini Allah sebagai satu- satunya Dzat Yang Maha Kuasa yang patut disembah. Mengapa kita saling membenci jika tuhan kita adalah sama yaitu Allah Swt dan Allah menegaskan bahwa kita bersaudara. 
Sahabatku, sungguh tak ada alasan bagi kita untuk membenci saudara kita sendiri. Karena jangankan untuk membenci, kita malah tidak berhak berprasangka buruk sedikitpun kepada sesama dan muslim. Jikapun ada prasangka itu muncul, maka kita diharuskan untuk menepisnya dan sebisa mungkin mencarikan alasan agar kita tetap bisa berprasangka baik terhadapnya. Dengan diiringi itikad untuk tabayyun dan memberikan nasehat demi kebaikannya.  
Tentu manusiawi jikalau kita mencintai seseorang atau membenci nya. Karena manusia diberikan karunia berupa perasaan. Akan tetapi islam diturunkan oleh Allah adalah sebagai pedoman untuk kita agar bisa mengendalikan setiap apapun karunia Allah kepada kita. Tak hanya rasa benci, bahkan rasa cinta pun perlu untuk dikendalikan. 
 Imam Ali bin Abi Thalibn radiyallahu’anhu pernah berkata, “Cintailah orang yang engkau cintai sekedar nya saja, sebab boleh jadi bisa jadi kelak ia akan menjadi orang yang engkau benci. Dan, bencilah orang yang engkau benci sekedarnya saja, sebab bisa jadi kelak ia akan menjadi orang yang engkau cintai.”
 Membenci janganlah disebabkan karena benci terhadap fisik, melainkan bencilah dikarenakan adanya tingkah laku atau kebiasaan yang tidak di ridhai Allah Swt. Bencilah perilaku, sifat yang tidak di ridhai-Nya, janganlah membenci orangnya. Sehingga rasa benci yang demikian akan mendorong seseorang untuk mengoreksi, mengingatkan dan memperbaiki saudaranya. Benci yang demikian hakikatnya adalah cinta. 
Ketika sang ayah memukul anaknya karena tidak shalat sedangkan usia anaknya sudah melewati masa baligh, maka pukulan ayahnya bukanlah kebencian, melainkan rasa cinta. Jikapun pukulan sang ayah karena kebencian, maka kebencian itu kepada perbuatan tidak shalat, bukan kebencian kepada diri anaknya. Sang ayah memukul anaknya itu agar ia shalat, agar ia mendapat pelajaran dan keselam,atan.  
Bagaimana rasa mengelola rasa benci yang tidak jarang muncul di dalam hati kita terhadap seseorang. Saudaraku, kebencian kita biasanya dipicu karena ada hal pada dirinya yang tidak kita sukai. Padahal harus kita sadari, bahwa sangat sulit bahkan mustahil segala apa yang terjadi di dunia ini adalah hal- hal yang kita sukai. Apalagi setiap diri manusia bukanlah makhluk yang sempurna. 
 Trik yang bisa kita lakukan untuk menepis rasa benci pada seseorang adalah dengan melihat sisi lain dari diri orang itu. Karena seburuk- buruknya perilaku seseorang, ia pasti memiliki sisi baiknya. Bahkan bisa jadi kebencian kita padanya hanya disebabkan secuil perilaku kecilnya yang tidak sesuai dengan kita. Dibalik itu, boleh jadi justru amat banyak hal- hal baik yang akan kita sukai  
Rasulullah Saw pernah bersabda, “Tidak boleh seorang mu’min (suami) membenci seorang mu’minah (istrinya), bila dia tidak menyenangi satu dari perilakunya, dia tentu menyukai (perilakunya) yang lain.” (HR. Muslim, –Shahih)  
Apa pelajaran berharga dari hadits diatas. Hendaknya kita selalu siap menerima kenyataan bahwa orang yang memiliki hubungan dengan kita, baik itu pasangan, kerabat atau teman, tidaklah sempurna. Jika ada satu hal atau lebih yang tidak kita sukai dari dirinya, maka carilah sisi lain dari dirinya yang positif dan kita sukai. insyaAllah hal ini akan semakin mempererat persaudaraan kita dengannya  
Dengan demikian, kita bisa terhindar dari perasaan saling membenci. Bahkan, kita bisa memiliki kemampuan mengelola rasa benci di dalam hati kita dan mengubahnya menjadi rasa cinta yang memperkokoh tali persaudaraan.

7.  Larangan Ketujuh =Jangan Saling Bermusuhan
Saudaraku, perbuatan terakhir yang dilarang oleh Rasulullah Saw untuk dilakukan kaum muslimin adalah saling bermusuhan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah Saw memperkuat hal ini,“pintu- pintu surga dibuka pada hari senin dan kamis. Maka akan diampuni semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali dua orang laki-laki yang terdapat permusuhan antara dia dengan saudaranya. Maka dikatakan, “Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai.” (HR. Bukhari, Muslim. –Shahih). 
Betapa Rasulullah Saw di dalam hadits di atas amat mengecam umatnya yang saling bermusuhan, apalagi hingga tidak mau berdamai dan saling memaafkan. Kecaman beliau sangatlah kuat sampai- sampai ancamannya adalah tidak akan diampuni dosa- dosanya, sehingga pintu surga tertutup bagi mereka.
Marilah kitra ingat kembali bagaimana Rasulullah Saw mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Kerekatan tali persaudaraan di antara mereka melampaui kerekatan berdasarkan tanah air, suku bangsa dan bahasa. Bahkan melampaui persaudaraan yang berdasarkan pertalian darah atau nasab.  
Ada satu kisah yang terselip di tengah kisah agung tentang hijrahnya Rasulullah Saw bersama para sahabat dan persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar yaitu kisah Saad Ibn Ar Rabi’ dan Abdurrahman Ibn ‘Auf. Saad dari kaum Anshar, sedang Abdurrahman dari kaum Muhajirin. Keduanya adalah sama-sama sahib Rasulullah Saw. Yang kaya raya.  
Ketika hijrah ke Madinah, Abdurrahman tidak membawa harta kekayaannya yang ada di Mekkah. Mak, ia pun tiba di Madinah sebagai orang yang tidak berpunya. Kemudian, Rasulullah Saw mempersaudarakannya dengan Saad. Saad pun seketika itu menawarkan bagian dari kekayaan untuk dimiliki oleh Abdurrahman. Bahkan, Saad menawarkan salah satu istrinya untuk diceraikan dan kemudian diperistri oleh Abdurrahman. Namun, meskipun Saad menawarkan semua itu dengan penuh kesungguhan, Abdurrahman menolaknya secara halus dan memilih untuk berusaha sendiri melalui perniagaan.
Membaca penggalan kisah kedua sahabat Rasulullah ini, maka kita bisa melihat betapa agungnya persaudaraan sesama muslim. Sungguh, tak ada keuntungan yang akan kita dapatkan dari permusuhan selain dari sesaknya hati dan rasa gelisah manakala berjumpa dengan saudara yang bermusuhan dengan kita.  
Oleh karena itu berbesar jiwalah, lapangkanlah hati kita untuk mau memohon maaf dan memberi maaf. Sebagai gambaran, jikalau kita berada di dalam sebuah kamar yang sempit, dan dikamar itu ada seekor tikus kecil, maka sungguh terasa sengsaranya kita. Betapa tikus itu akan menjadi masalah yang terasa amat besar buat kita. Namun, jikalau kita berada di dalam ruang yang sangat luas yang bahkan seolah tak berbatas, maka jika ada seekor gajah besar di dalam ruangan itu tak akan menjadi masalah besar untuk kita.  
Demikianlah jika kita memiliki kebesaran jiwa dan kelapangan hati. Rasa kesal, marah dan permusuhan dengansaudara kita, tidak akan menjadi masalah untuk kita. Karena kita akan memiliki kemudahan untuk mau meminta maaf dan member maaf. 
Allah Swt berfirman,“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang- orang yang bodoh.” (QS. Al A’raf [7]: 199)
“..Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang- orang yang dzhalim.” (QS. Asy Syura [42]: 40)
 Dua ayat diatas lebih dari cukup bagi kita untuk menyadari bahwa Allah Swt sangat mencintai hamba-Nya yang ringan dalam member maaf. Rasulullah Saw menegaskankedua ayat di atas dengan haditsnya sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda,  “Barangsiapa pernah melakukan kedzhaliman terhadap saudaranya, baik menyangkut kehormatannya atau sesuatu yang lain, maka hendaklah ia minta dihalalkan darinya hari ini, sebelum dinar dan dirham tidak berguna lagi (hari kiamat). (kelak) jika dia memiliki amal shaleh, akan diambil darinya seukuran kedzhalimannya. Dan jika dia tidakmempunyai kebaikan (lagi), akan diambil dari keburukan saudara (yang dizhalimi) kemudian dibebankan kepadanya.” (HR. Bukhari. –Shahih).
  Masya Allah, betapa besarnya urusan maaf- memaafkan ini dalam agama kita. Saking besarnya, Rasulullah amat menekankan kepada kita untuk bersegera dalam meminta maaf dan memaafkan apabila memiliki kesalahan terhadap sesama.
 Karena jika hal itu tekat, yaitu ketika belum mendapatkan maaf dari orang yang kita dzhalimi, maka kita akan menjadi orang yang rugi di akhirat. Kenapa? Karena amal kebaikan kita akan diberikan pada orang yang kita dzhalimi seukuran dengan kedzhaliman yang kita lakukan terhadapnya. Sedangkan jika itu belum juga memenuhi, maka keburukan dirinya akan dialihkan kepada kita. Na’udzubillahimindzalik!  
Oleh karena itulah selain ampunan dari Allah Swt, terdapat juga dosa- dosa yang tidak terhapus kecuali mendapatkan maaf dari orang yang di dzhalimi atau disakiti. Memang bisa jadi orang yang didzhalimi itu memiliki keluasan hati sehingga ia memaafkan sebelum dimintai maaf, akan tetapi, mungkin juga sebaliknya, ia diam namun memendam marah tanpa mau memberikan maaf. Hal ini sebagaimana kisah Al Qomah dengan ibunya.  
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas RA, disebutkan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, “Tidaklah shadaqah itu mengurangi harta; tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan sifat memberi maaf, kecuali kemuliaan; dan tidaklah seorang hamba merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim. –Shahih)  
Rasulullah Saw juga pernah bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah kalian aku tunjukkan akhlak yang paling mulia di dunia dan di akhirat? Memberi maaf orang yang mendzhalimimu, memberi orang yang menghalangimu, dan menyambung silaturahim orang yang memutuskan (silaturahim dengan)mu.” (HR. Baihaqi. –Marfu’).  
Permusuhan hendaklah dilawan dengan semangat saling maaf- memaafkan. Karena semangat ini adalah bukti keimanan terhadap Allah dan Rasul- Nya, serta wujud nyata persaudaraan di dalam islam. Semoga kita menjadi bagian dari golongan orang- orang memiliki semangat tersebut dan termasuk golongan yang dijanjikan surge oleh Allah Swt. Aamiin!

Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.Hadatsana yahyaabnu yahyaa qoola Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dia berkata;

plus : Ghibah dan Fitnah merusak ibadah (shalat dan shaum)
Ghibah adalah menggunjing  kejelekan yang benar-benar  ada pada seseorang.
Fitnah (tuhmah, buht, kidzb) adalah menggunjing kejelekan yang sebenarnya tidak ada pada seseorang.

Rosululloh bersabda:”
Atadruuna mal ghiibatu. “Tahukah kalian apa gibah itu?”
Qoolulloohu wa rosuuluhu a’lamu. Mereka menjawab:”Alloh dan Rosulnya lebih tahu”.
Qoola dzikruka akhooka bimaa yakrohu” Beliau menjawab:”Kamu membicarakan kejelekan saudaramu”
Afaro aita in kaana fii akhii ma aquulu. Seorang sahabat kemudian bertanya:““Bagaimana pendapat anda jika terbukti ada pada saudaraku itu apa yang aku gunjingkan?”
Qoola in kaana fiihii maa taquulu faqodigh tabtahu, wa in lam yakun fiihii maa taquulu faqod bahattahu”  Beliau menjawab:”Jika benar ada padanya apa yang kamu gunjingkan, maka kamu sesungguhnya kamu sudah ghibah, dan jika tidak ada maka kamu telah  buht/dusta/fitnah” 
(HR. MUSLIM)

keterangan ulama mengenai konsekuensi ghibah:
[1] Perkataan Ulama Tabi’in Hasan al-Bashri, “Demi Allah, ghibah lebih cepat menggerogoti agama seorang mukmin dibandingkan orang yang makan badannya.” (as-Shumt, Ibnu Abi Dunya, hlm. 129)
[2] Keterangan Hasan al-Bashri,Ada orang yang datang menemui Hasan al-Bashri, lalu orang ini memberikan info, “Bahwa si A telah meng-ghibah anda.”
Lalu Hasan al-Bashri mengirim satu kotak kurma basah ke orang itu, beliau mengatakan,Saya dapat info bahwa anda telah menghadiahkan pahalamu untukku. Maka saya ingin untuk membalasnya kepadamu. Mohon maaf, saya tidak mampu memberikan balasan yang setimpal. (Tanbih al-Ghafilin, 1/176)
[3] Keterangan Fudhail bin Iyadh Ada orang yang mengatakan kepada Fudhail, ‘Si A telah meng-ghibahku.’ Lalu Fudhail bin Iyadh mengatakan, Berarti dia telah memberikan pahala untukmu. (Hilyah al-Auliya, 8/108)
[4] Keterangan Abdurrahman bin Mahdi, beliau mengatakan, “Andaikan bukan karena benci maksiat kepada Allah, (maka aku akan lakukan maksiat), dan sungguh aku ber-angan-angan andaikan semua penduduk kota ini meng-ghibahku. Tidak ada sesuatu yang lebih membahagiakan melebihi orang yang melihat pahala yang tertulis di catatan amalnya, sementara dia tidak pernah mengamalkannya.” (HR. al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 5/305)
[5] Keterangan Abdullah bin Mubarak, beliau mengatakan, Andai saya boleh meng-ghibah orang lain, tentu saya akan meng-ghibah kedua orang tuaku. Karena mereka yang paling berhak untuk mendapatkan pahala dariku.Abdullah bin Mubarak pernah berdiskusi dengan Sufyan at-Tsauri tentang Abu Hanifah, Sungguh Abu Hanifah sangat menghindari ghibah. Belum pernah aku mendengar beliau meng-ghibah seseorang sampaipun musuhnya. Lalu Sufyan mengatakan, Demi Allah, beliau sangat menyadari sehingga jangan sampai pahalanya hilang. (Manaqib Abu Hanifah, 1/190)
[6] Keterangan Ibrahim bin Adham :Wahai manusia pembohong, kamu sangat bakhil terhadap dunia sehingga tidak kamu kasihkan ke sesama muslim, namun kalian begitu pemurah dalam memberikan pahala akhirat kalian kepada musuh kalian. (Tanbih al-Ghafilin, 1/177) Yang beliau maksud adalah meng-ghibah orang lain.
Demikian, Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

2. Memakan harta orang lain
Mencari harta merupakan sesuatu yang diperintah oleh Allah SWT agar manusia bisa memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, apalagi sampai bisa membantu orang lain. Keharusan mencari harta bahkan bila perlu dengan menjelajah berbagai penjuru bumi sebagaimana firman Allah SWT:
QS 67 Al Mulk 15 : huwallażī ja'ala lakumul-arḍa żalụlan famsyụ fī manākibihā wa kulụ mir rizqih, wa ilaihin-nusyụr [67.15] Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan ().
Meskipun mencari harta merupakan sesuatu yang diperintah Allah SWT sehingga memiliki keutamaan yang sangat tinggi dan mulia, namun mencarinya tetap tidak boleh sampai menghalalkan segala cara, baik dengan menipu apalagi dengan mengambil harta orang lain dan yang sangat tragis adalah bila ia berusaha mendapatkan legalitas hukum untuk “menghalalkan” apa yang bukan miliknya itu, baik melalui notaris maupun hakim yang bisa disogok, inilah yang oleh Rasul SAW dikelompokkan sebagai orang yang bangkrut,
QS 2 Al Baqoroh 188 : Wa laa ta'kuluu amwalakum bainakum bil bathili wa tudlubiha ilal hukkami lita'kulu fariqom min amwaalin nasi bil-ismi wa antum ta'lamuun(a).[2.188] Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.

Hadits Arbain 31 = Zuhud (arbain 31)
‘an abiiabbaas sahlin ibni sa’adis sa’idi rodhiyalloohu ‘anhu qoola : Dari Abul Abbas Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
-atiin nabiyyi shollalloohu ‘alaihi wa sallama rojulun fa qoola: Seseorang telah datang kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  lalu mengatakan:
yaa rosuulalloohi, dulanii ‘alaa ‘amalin idzaa ‘amilatuhu –ahabbaniyalloohu wa –ahabbaniyaanaasu ? Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku sebuah amalan yang apabila aku mengamalkannya Allah subhanahu wa ta’ala dan manusia mencintaiku
Fa qoola rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama : izhad fiid dunyaa yuhibbakalloohu wa izhad fiimaa ‘indan naasi  yuhibbakan naasu.
maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ”Bersikaplah zuhud terhadap dunia, niscaya Allah subhanahu wa ta’ala akan mencintaimu dan bersikaplah zuhud engkau terhadap apa yang ada pada manusia niscaya mereka akan mencintaimu.”
( Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan selainnya dengan sanad yang hasan )

3. Menganiaya dan membunuh
QS 4 An Nisa 93: Waman yaqtul mu/minan muta'ammidan fajazaauhu jahannamu khaalidan fiihaa wa ghodhiballoohu 'alaihi wala'anahu wa-a'adda lahu 'adzaaban 'azhiimaan
[4:93] Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya

Hadits arbain 35
‘an -abii hurairota rodhiyalloohu ‘anhu qoola : Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata :
qoola rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Iyyakum wa’zh-zhann fa-inna azh-zhanna akdhab al-hadits
Hindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka karena buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta.
Laa tahaasaduu, wa laa tanaajasyuu, wa laa tabaaghoduu, wa laa tadaabaru   
Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan.
Wa laa yabi’ ba’dhukum ‘alaa bai’ ba’dhiin
Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain.
Wa kuunuu ‘ibaadalloohi -ikhwanaa 
Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.
Al muslimu akhuul muslimi ~ laa yazhlimuhu, wa laa yakhdulahu, wa laa yakdzibuhu, wa laa yahkiruhu 
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya.
At taqwaa hahunaa – wa yusyiiru ilaa shodrihi tsalaatsa marrotin
Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali).
Bi hasabi –amriyiin minasy syarii –an yahqiro akhoohul muslima 
Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim.
Kullul muslimi ‘alaal muslimi haroomun daamuhu wa maaluhu wa ‘irdhuhu
Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya
 (HR. Muslim)

QS Ali Imron : 102 – 104 : UKHUWAH ISLAMIYAH
§ Yaa ayyuhalladziina -aamanut taqullooha haqqo tuqootihii ~ wa laa tamuutunna illaa wa antum muslimuun.; § Wa’tashimuu bi hablillaahi jamii’aw, wa laa tafaroquu; wadzkuruu ni’matalloohi ‘alaikum idz kuntum adaa-an ~ fa’allafa baina quluubikum, fa ashbahtum bi ni’matihii ikhwaanaa ; wa kuntum ‘alaa syafaa hufrotim minan naari~ fa anqodzakum minhaa; Kadzalika yubay-yinulloohu lakum aayaatihi la’allakum tahtaduun.; § Wal takun minkumu ummatuy yad’uuna ilaal khoiri, wa ya-muruunaa bil ma’ruufi, wa yanhauna ‘anil munkar; Wa ulaa-ika humul muflihuun. 
102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. 103. dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. 104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,; merekalah orang-orang yang beruntung.

QS Ali Imron : 130 - 138
Yaa ayyuhaalladziina aamanuu laa ta/kuluu rribaa adh'aafan mudaa'afatan wattaquullaaha la'allakum tuflihuun[3:130] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.
Wattaquu nnaarallatii u'iddat lilkaafiriin[3:131] Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.
Wa-athii'uullaaha warrasuula la'allakum turhamuun [3:132] Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.

Wasaari'uu ilaa maghfiratin min rabbikum wajannatin 'ardhuhaa ssamaawaatu wal-ardhu u'iddat lilmuttaqiin[3:133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
Alladziina yunfiquuna fii ssarraa-i wadhdharraa-i walkaatsimiina lghayzha wal'aafiina 'ani nnaasi walaahu yuhibbu lmuhsiniin [3:134] (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Walladziina idzaa fa'aluu faahisyatan aw zhalamuu anfusahum dzakaruullaaha fastaghfaruu lidzunuubihim waman yaghfiru dzdzunuuba illaallaahu walam yushirruu 'alaa maa fa'aluu wahum ya'lamuun [3:135] Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
Ulaa-ika jazaauhum maghfiratun min rabbihim wajannaatun tajrii min tahtihaa l-anhaaru khaalidiina fiihaa wani'ma ajru l'aamiliin[3:136] Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.

Qad khalat min qablikum sunanun fasiiruu fii l-ardhi fanzhuruu kayfa kaana 'aaqibatu lmukadzdzibiin[3:137] Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Haadzaa bayaanun linnaasi wahudan wamaw'izhatun lilmuttaqiin [3:138] (Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

Kaidah kosmik kesemestaan sunnatullooh dalam shibghotulloh ini seharusnya bersifat universal tidak ekslusif (tanpa klaim identifikasi/standar ganda hanya mementingkan kebenaran transendental > membenarkan kepentingan eksistensial ? ) 
ṣibgatallāh, wa man aḥsanu minallāhi ṣibgataw wa naḥnu lahụ 'ābidụn [2:138]Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.

3. HOW = BAGAIMANA  KELANJUTANNYA ?
3 M  (MUHASABAH - MUATABAH - MUJAHADAH )

MUHASABAH = menghisab diri 
Umar b Khotob : Haasibu anfusakum qobla antuhaasabuu (Adakanlah perhitungan pada diri kalian sebelum kalian dihisab) 
Jika benar niat & caranya (kejujuran diri & kesungguhan hati) pastilah akan rendah hati (tawadhu) mengakui masih lemah batin & rusak amalnya x takabur meninggikan keakuan / naif menuntut pengakuan apalagi liar mengumbar kemauan .
Thuubaa liman syagholahu ‘aibuhu ‘an ‘uyuubinnaasi“Alangkah beruntungnya orang yang  disibukkan dengan aib(kekurangan) dirinya daripada aib orang lain”  (HR. Al-Hafidz Ibn Hajar)\
Ini tidak hanya merikuhkan diri untuk mengghibah apalagi sampai memfitnah lainnya (justru memperburuk cahaya hati & membangkrutkan dirinya nanti) 

QS Al Hasyr 18 – 20: Yaa ayyuhalladziina aamanut taqullooha wal tanzhur nafsum maa qoddamat lighod(in); wat taqullooha inallooha khobirun bimaa ta’maluun; wa laa takuunu kalladziina nasullooha fa ansahum anfusahum ~ ulaa-ika humul faasiquun; Laa yastawi ashabun naari wa ashabul jannati/h ~ Ashabul jannati humul faa-izuun.(Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allooh dan hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akherat).; dan bertaqwalah kepada Allooh ,sesungguhnya Allooh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allooh ~ lalu Allooh menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni- penghuni surga ~ penghuni- penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung).

Hadits Arbain 21 = kepekaan hati dalam kemurnian , kejelian akal sesuai ketentuan 
‘an –nawwasibni sam’aana rodhiyalloohu ‘anhu :Dari Nawwas bin Sam’an radhiallahuanhu,
Anin nabiyyi shollaloohu ‘alaihi wa sallam qoola Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda :
Al birru husnul khuluqi wal itsmu maa haaka fii nafsika wa karihta an yathli’a ‘alaihin naasu
 “Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa mengaggu jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahui  manusia “
(Riwayat Muslim)
Wa ‘an –wabishotabni ma’bad rodhiyalloohu ‘anhu qoola : Dan dari Wabishah bin Ma’bad radhiallahuanhu dia berkata :
-atiitu rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama fa qoola : Saya mendatangi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, lalu beliau bersabda :
Ji-ta tas-alu ‘anil birri ? Na’am Engkau datang untuk menanyakan kebaikan ?, saya menjawab : Ya.
Istafti qolbaka. Beliau bersabda : Mintalah pendapat dari hatimu,
Al birru maa-thmaannat ilaihin nafsu wa athmaannaa ilaihil qolbu Wa ilaa itsmu maa haaka fiin nafsi wa tarodda da fish shodri ; wa in aftaakan naasu wa aftauka kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati tenang karenanya, dan dosa adalah apa yang terasa mengganggu jiwa dan menimbulkan keragu-raguan dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.
(Hadits hasan kami riwayatkan dari dua musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan Ad Darimi dengan sanad yang hasan)

MUATABAH =  pertaubatan nasuha
Paska muhasabah permohonan ampunan dosa kepada Allooh SWT  & permohonan maaf  kesalahan kepada orang lain secara baik, adil & arif 
QS Ali Imron : 133 – 136 :
Wa saari’u ilaa maghfirotim mir robbikum wa jannatin ‘ardhuhas samaawatu wal ardhu u’iddat lil muttaqiin .
[3.133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
Alladziina yunfiquuna fis saroo-i  wadh dhoroo-i, wa kaazhimiinal ghoizho, wal ‘aafina ‘anin naas(i). Walloohu yuhibbul muhsiniin.
[3.134] (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Wal ladziina idzaa fa’aluu faahisyatan au zholamuu anfusahum ~ dzakarullooha, fastaghfaruu li dzuunubihim. Wa may yaghfirudz dzuunuba illallooh(u) ? Wa lam yushiruu ‘alaa maa fa’aluu wa hum ya’lamuun.
[3.135] Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
Ulaa-ika jazaa-uhum maghfirotum mir robbihim wa jannaatun tajrii min tahtihal anhaaru, khoolidiina fiihaa wa ni’mal ajrul ‘aamiliin.
[3.136] Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal

Taubat Nasuha =
QS At Tahrim : 8 = yā ayyuhallażīna āmanụ tụbū ilallāhi taubatan naṣụḥā, 'asā rabbukum ay yukaffira 'angkum sayyi`ātikum wa yudkhilakum jannātin tajrī min taḥtihal-an-hāru yauma lā yukhzillāhun-nabiyya wallażīna āmanụ ma'ah, nụruhum yas'ā baina aidīhim wa bi`aimānihim yaqụlụna rabbanā atmim lanā nụranā wagfir lanā, innaka 'alā kulli syai`ing qadīr [66.8] Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu".

MUJAHADAH = pelanjutan penempuhan (metamorfose kepompong ramadhan)
 
Istiqomah melanjutkan process/ progress penempuhan spiritual metamorfose menjadi pribadi muttaqin sebelumnya (sejak shiyam ramadhan lalu ?
+ Kultum Puasa ?
HR Ibnu Majah dan Thobroni dari Abu Umamah : ‘an abii umaamata rodhiyyalloohu ‘anhu ‘anin nabiyyi SAW qoola : man qooma lailatal ‘iidaini muhtasiban lillaahi = man tamut qolbuhu yauma tamuutul quluubu. (dari Abu Umamah ra Nabi SAW bersabda : barang siapa qiyamul lail pada dua malam hari raya karena mengharap ridho Allooh Swt, maka hatinya tidak mati pada saat hati orang-orang mati).

QS 2 Al Baqoroh 183 : Yaa ayyuhalladziina aamanuu : kutiba ‘alaikumush shiyaamu ~ kamaa kutiba : ‘alal-ladziina min qoblikum ~  la’allakum tattaquun;[2.183] Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

QS 2 Ali Imron133 :Wa saari’u ilaa maghfirotim mir robbikum wa jannatin ‘ardhuhas samaawatu wal ardhu u’iddat lil muttaqiin .
[3.133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

QS Al Hujuroot 13: Yaa ayyuhan naasu, inna kholaqnaakum min dzakarin wa untsa ; wa ja’alnaakum syu’uuban wa qobaila~li ta’aarofuu. Inna akromakum ‘indalloohil atqookum. Innallooha ‘aliimun khobiirun. (Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.  Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.)

HR ARBAIN 21 
‘an -abii ‘amr wa qiila –abii ‘amrota ‘a suufyaanubni ‘abdillaahits- tsaqofii  rodhiyalloohu ‘anhu qoola :
Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah, Suufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata,
Qultu : Yaa rosuulalloohi qul lii fiil islaami qoulaan laa as-alu ‘anhu ahadan ghoiroka.saya berkata :  Wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu.
Qul aamantu billaahi tsummas taqim Beliau bersabda: Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah. 
(Riwayat Muslim).

EPILOG = 4 PESAN 

Yaa -abaa dzarrin "Wahai Abu Dzar,
Jaddidis safiinata fa innal bahro ‘amiquun  perbaharuilah kapalmu karena laut itu dalam  (IMAN ?)
Wa khuddiz zada kaamilan fa innas safaro ba’iidun  ambilah bekal yang cukup karena perjalanannya jauh (TAQWA?)
Wa khoffifil himla fa inna ‘aqobatu ka-uduun ringankan beban bawaan karena lereng bukit sulit dilalui, (DOSA?)
Wa-akhlishil  ‘amala fa inna naaqoda bashiruun dan ikhlaslah beramal karena Allah Maha Teliti." (NIAT?)


Ya abaa dzarrin: Wahai Abu Dzarr: ® Setiap kita adalah Abu Dzar
Nabi Muhammad SAW berkata: Alla Kullukum  roo’in. ~ wa kullukum mas-ulun ‘an ro’iyyatihi. ; Fal amiirul ladzii ‘alan naasi ro’in ‘alaihim ~ wa huwa mas-ulu ‘anhum ; Wa rojulu ro’iin ‘alaa ahlil baitihii ~ wa huwa mas-ulu ‘anhum ; wal mar-atu ro’iyatun ‘alaa baitihi  ~ wa hiya mas-ulu ‘anhum ; Wa ‘abdu roo-in ‘alaa maali sayyidihi ~ wa huwa mas-ulu ‘anhum ; Fa kullukum  roo’in. ~ wa kullukum mas-ulun ‘an ro’iyyatihi 
( “Ketahuilah…Setiap dari kalian adalah pemimpin yang akan di mintai pertanggung jawabannya, seorang imam adalah pemimpin bagi masyarakatnya dan akan di mintai pertanggung jawabanya tentang kepimpinannya, seorang suami adalah pemimpin bagi keluarga dan ia bertanggung jawab terhadap keluarganya, seorang istri adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya dan ia bertanggung jawab terhadap mereka,seorang pembantu adalah pemimpin bagi harta tuannya dan ia bertanggung jawab terhadapnya, setiap kalian adalah pemimpin dan tiap kalian mempunyai tanggung jawab terhadap yang di pimpinnya”. (HR. Abu Daud)

Inna li robbaka ‘alaika haqqo, wa li nafsika ‘alaika haqqo, wa li ahlika ‘alaika haqqo, fa- a’thi kulla dzii haqqon haqqohu
“Sesungguhnya bagi Tuhanmu ada hak atasmu, bagi dirimu ada hak atasmu, dan bagi keluargamu ada hak juga atasmu maka berikanlah kepada setiap yang memiliki hak itu haknya.” (Bukhari no. 2968.)

QS At Tahrim 6 : yā ayyuhallażīna āmanụ qū anfusakum wa ahlīkum nāraw wa qụduhan-nāsu wal-ḥijāratu 'alaihā malā`ikatun gilāẓun syidādul lā ya'ṣụnallāha mā amarahum wa yaf'alụna mā yu`marụn  
(Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.[at-Tahrîm/66:6]

QS Al Anbiya 34 – 35 : wa maa ja'alnaa li basyarim min qolbikal khulda, faa in mitta fahumul kholiduuna(a) ; Kullu nafsin dzaaiqotul maut ; wa nabluuku bisy-syarri wa khoiri fitnataw ~ wa ilainaa turja’uun.
(Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati ~ apakah mereka akan kekal ? Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati ; Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya – dan hanya kepada kamilah kamu sekalian akan dikembalikan).

Hadits Arbain 40: Hiduplah Laksana Musafir
‘an ibni ‘umar rodhiyalloohu ‘anhumaa qoola :Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dia berkata:
Akhodzrosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama bimankibayya fa qoola :“Suatu hari Rasulullah SAW memegang kedua pundakku seraya bersabda: 
Kun fiid-dunyaa kaa-annaka ghoribun au ‘aabiru sabiilin Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara “,
Wa  kaanabnu ‘umaro rodhiyalloohu ‘anhumaa yaquulu :Ibnu Umar berkata: idzaa –amsaita fa laa tantazhirish shobaaha, wa idza asbahta fa laa tantazhiril masaa-a , wa khudz min shihatika li marodhika, wa min hayaatika li mautika Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu (HR. Al Bukhari). 6416)

1.  Jaddidus safiinata fa innal bahro 'amiiqun. (1) Perbaruilah perahumu karena lautan sangat dalam. IMAN
Pengertian Fiqih Iman : tashdiqun bil qolbi, wa iqroorun bil laasani,wa „amalun bil arkaani (suatu keyakinan yang dibenarkan dalam hati, dinyatakan secara lisan, dan diamalkan dengan perbuatan) < HR Ibnu Hibban: Al imaanu ma'rifatun bil qolbi;wa qoulun bil lisaani; wa 'amalun bil arkaani. (suatu keyakinan yang dihayati dalam hati, dinyatakan secara lisan, dan diamalkan dengan perbuatan)
HR : jaddiduu -imaanakum. Qiila : yaa rosuulallooh wa kaifa nujaddiduu -imaananaa. Qoola : aktsiruu min qouli Laa ilaha illaallooh  perbarui iman kalian. kami bertanya : ya rosululloh, bagaimana cara kami memperbarui iman kami. Beliau menjawab : perbanyaklah mengucapkan Laa ilaha illaallooh  
Fluktuasi iman (naik ketaatan vs turun maksiat ) perbaharui dengan dzikrullooh (Laa ilaha illaallooh - huwa maujud, ma'bud , maqshud )

Hadits Arbain 19 :   ahfazhillaahi yahfizhka Jagalah Allah, niscaya dia akan menjagamu
‘an –abiil  ‘abbaasi ‘abdillaahibni ‘abbasi rodhiyalloohu ‘anhumaa qoola Dari Abu Al Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahuanhuma, beliau berkata :
Kuntu kholfan nabiyyi shollallohu ‘alaihi wa sallama yaumaan fa qoola Suatu saat saya berada dibelakang nabi SAW, maka beliau bersabda :
Yaa ghulaamu –innii–u ’allimuka kalimaatin  : ahfazhillaahi yahfizhka
Wahai ananda, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Allah, niscaya dia akan menjagamu, 
ahfazhillaahi tajid-hu tujaahaka. –idza sa-alta fas-alillaaha, wa idzas ta’anta faasta’in billaahi  
Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah.
Waa’lam –annal -ummata laujtama’at ‘alaa  -an yanfa’uuka bisy sya-iin lam yanfa’uuka bisy sya-iin illaa bisy sya-iin qod katabahulloohu laka
Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu,
Wa –inijtama’uu ‘alaa –an yadhurruuka bisy sya-iin lam yadhurruuka bisy sya-iin illaa bisy sya-iin qod katabahulloohu ‘alaika  
dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu , niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu.
Rufi’atil –aqlamu wa jaffatish - shuhufi  Pena telah diangkat dan lembaran telah kering.
(HR. at Tirmidzi, dan dia berkata hadits ini hasan shahih) (2516)
Dalam riwayat selain riwayat at Tirmidzi, dengan lafadz: 
ahfazhillaahi tajid-hu -amaamaka. Ta’arrof ilalloohi fiir rokhoo-i ya’rifka fiisy syiddati       
”Jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu, ingatlah Allah dalam keadaan engkau lapang, niscaya Dia akan mengingatmu dalam keadaan engkau sulit.
Waa’lam –anna maa –akh-tho-aka lam yakun li yushiibaka , wa maa -ashoobaka lam yakun li yukh-thiaka
Dan ketahuilah, bahwa segala sesuatu yang Allah tetapkan luput darimu, niscaya tidak akan pernah menimpamu. Dan segala sesuatu yang telah ditetapkan menimpamu, maka tidak akan luput darimu.
Waa’lam –annan nashro ma’ash-shobri , wa –annal faroja ma’al karbi , wa –anna ma’al usri yusroo 
Ketahuilah, bahwa pertolongan itu bersama kesabaran dan kelapangan itu bersama kesulitan dan bersama kesukaran itu ada kemudahan.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad dalam al Musnad (1/307), Hannad dalam az Zuhdu (1/304), ‘Abd bin Humaid dalam Musnadnya (hal. 214), ath Thabarani dalam al Kabir (11243), al Hakim dalam al Mustadrak (3/623), al Lalika’i dalam I’tiqad Ahlis Sunnah (4/614) dan al Baihaqi dalam Syu’abul Iman (2/27)

2.  Wa khudziz zaada kaamilan fa innas safara ba'iidun. (2) Ambillah bekal yang banyak karena perjalanan yang jauh. TAQWA
Pengertian Fiqih: taqwa :  Imtisyaalul ma-muroti;wajtinabul manhiyyaati (Memenuhi segala perintahNya; Menjauhi semua laranganNya)
Al-Baqarah ayat 197 : Al hajju asyhurum ma'luumaat(un), fa man faroda fihinnal hajja fa laa  rofatsa wa laa  fusuuqo wa laa jidaala fil hajj(i), wa maa taf'aluu min khoiriy ya'lamhullooh(u), wa tazawwaduu fa inna khoiroz zaadit taqwaa , wattaquuni yaa ulil albaab(i).
[2.197] (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.

3. Wa khoffifil khimla fa innal 'aqobata ka'uudun. (3) Kurangilah bebanmu karena jalan yang sangat terjal  DOSA (dosa, lupa, noda)
Hadits Arbain 12 : 
‘an -abii hurairota rodhiyalloohu ‘anhu qoola : Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
Qoola rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wa sallama :“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 
Min husni islaami mar-i tarkuhu maa laa ya’niihi ”Termasuk kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.” 
(Hadits Hasan, diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan selainnya seperti ini)
 ....
DOSA (dosa, lupa, noda) : dosa maksiat syariatNya , lupa orientasi kepadaNya, noda kelekatan selainNya ?

4. Wakhlisil 'amala fa innan naaqida basyiirun. (4) Dan ikhlaskanlah perbuatanmu karena pengawasmu sangatlah jeli. NIAT
Ikhlaslah beramal karena yang menilai baik dan buruk adalah Dzat Yang Maha Melihat.
Hadits Arbain 1 Niat 
‘an amiiril mu-miniina abii hafshi ‘umaro bin khothobi rodhiyalloohu ‘anhu qoola : Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob ra berkata:
Sami’tu rosuululloohu shollalloohu ‘alaihi wa sallam yaquulu Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
Innamaal amaalu bin niyyaati  Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. 
Wa innamaa likulli amriyii maanawaa Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.
Fa man kaanat hijrotuhu ilaalloohu wa rosuulihi fa hijrotuhu ilalloohu wa rosuulihi
Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya.
Wa man kaanat hijrotuhu li dunyaa yushiibuhaa au amro-atin yankihuhaa fa hijrotuhu ilaa maa haajiro ilaihi
Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.
(Diriwayatkan oleh al Bukhari (1) dan Muslim (1907).

HR: An naasu kulluhum halaka illal mu-minuun; Wal mu-minuun kulluhum halaka illal 'aamilun; Wal 'aamilun kulluhum halaka illal mukhlishun
(Seluruh manusia akan binasa/celaka kecuali yang beriman, Yang beriman akan celaka kecuali yang beramal, Yang beramal akan celaka kecuali ikhlash),

Riyadhul Shalihi di bab Taubat, Nabi saw bersabda:“Innallaha laa yandzuru ilaa shuwarikum walaa ajsaamikum, walaakin yandzuru ilaa quluubikum wa a’maalikum”[Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat  rupa dan fisik kamu, tetapi yang Allah perhatikan adalah isi hati [niyat] dan amal kamu].

QS Zalzalah 7 – 8: Fa may ya’mal mitsqoola dzarrotin khoiroy yaroh; Wa may ya’mal mitsqoola dzarrotin syarroy yaroh. [99.7] Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.  [99.8] Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.

QS Fushshilat 46 : Wa man ‘amila shoolihan ~ fa linafsihi ; Wa man asaa-a ~ fa ‘alaihaa ; Wa maa Robbuka bizhollaamil lil ‘abiidi. (Barang siapa melakukan kebaikan ~ maka akan memantul kepada dirinya sendiri. Dan barang siapa melakukan keburukan ~ maka juga akan menimpa dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sekali-kali tidaklah menganiaya hamba-hambanya)

HR : Hisab amal 7 langit dari Mu'adz b Jabbal (malaikat hafazhah  x 1ghibbah, 2duniawi, 3 takabur, 4 ujub, 5 hasad,  6 x rahmah , 7 x sum’ah vs  ikhlash)

Allah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Di setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu.

Dari Ibnu Mubarak dan Khalid bin Ma’dan, mereka berkata kepada Mu’adz bin Jabal, “Mohon ceritakan kepada kami sebuah hadits yang telah Rasulullah ajarkan kepadamu, yang telah dihafal olehmu dan selalu diingat-ingatnya karena sangat kerasnya hadits tersebut dan sangat halus serta dalamnya makna ungkapannya. Hadits manakah yang engkau anggap sebagai hadits terpenting?”
Mu’adz menjawab, “Baiklah, akan aku ceritakan…” Tiba-tiba Mu’adz menangis tersedu-sedu. Lama sekali tangisannya itu, hingga beberapa saat kemudian baru terdiam. Beliau kemudian berkata, “Emh, sungguh aku rindu sekali kepada Rasulullah. Ingin sekali aku bersua kembali dengan beliau…”.
Kemudian Mu’adz melanjutkan: Suatu hari ketika aku menghadap Rasulullah Saw. yang suci, saat itu beliau tengah menunggangi untanya. Nabi kemudian menyuruhku untuk turut naik bersama beliau di belakangnya. Aku pun menaiki unta tersebut di belakang beliau. Kemudian aku melihat Rasulullah menengadah ke langit dan bersabda, “Segala kesyukuran hanyalah diperuntukkan bagi Allah yang telah menetapkan kepada setiap ciptaan-Nya apa-apa yang Dia kehendaki. Wahai Mu’adz….!
Labbaik, wahai penghulu para rasul….!

Akan aku ceritakan kepadamu sebuah kisah, yang apabila engkau menjaganya baik-baik, maka hal itu akan memberikan manfaat bagimu. Namun sebaliknya, apabila engkau mengabaikannya, maka terputuslah hujjahmu di sisi Allah Azza wa Jalla….!
Wahai Mu’adz…Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkati dan Mahatinggi telah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan petala langit dan bumi. Pada setiap langit terdapat satu malaikat penjaga pintunya, dan menjadikan penjaga dari tiap pintu tersebut satu malaikat yang kadarnya disesuaikan dengan keagungan dari tiap tingkatan langitnya.
1.     Suatu hari naiklah malaikat Hafadzah dengan amalan seorang hamba yang amalan tersebut memancarkan cahaya dan bersinar bagaikan matahari. Hingga sampailah amalan tersebut ke langit dunia (as-samaa’I d-dunya) yaitu sampai ke dalam jiwanya. Malaikat Hafadzah kemudian memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya.Namun tatkala sampai pada pintu langit pertama,tiba-tiba malaikat penjaga pintu tersebut berkata, “Tamparlah wajah pemilik amal ini dengan amalannya tersebut!! Aku adalah pemilik ghibah… Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk mencegah setiap hamba yang telah berbuat ghibah di antara manusia -membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan orang lain yang apabila orang itu mengetahuinya, dia tidak suka mendengarnya- untuk dapat melewati pintu langit pertama ini….!!”
2.     Kemudian keesokan harinya malaikat Hafadzah naik ke langit beserta amal shalih seorang hamba lainnya. Amal tersebut bercahaya yang cahayanya terus diperbanyak oleh Hafadzah dan disucikannya, hingga akhirnya dapat menembus ke langit kedua. Namun malaikat penjaga pintu langit kedua tiba-tiba berkata, “Berhenti kalian…! Tamparlah wajah pemilik amal tersebut dengan amalannya itu! Sesungguhnya dia beramal namun dibalik amalannya itu dia menginginkan penampilan duniawi belaka (’aradla d-dunya).Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalan si hamba yang berbuat itu melewati langit dua ini menuju langit berikutnya!” Mendengar itu semua, para malaikat pun melaknati si hamba tersebut hingga petang harinya.
3.     Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan sang hamba yang nampak indah, yang di dalamnya terdapat shadaqah, shaum-shaumnya serta perbuatan baiknya yang melimpah. Malaikat Hafadzah pun memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya hingga akhirnya dapat menembus langit pertama dan kedua. Namun ketika sampai di pintu langit ketiga, tiba-tiba malaikat penjaga pintu langit tersebut berkata,“Berhentilah kalian…! Tamparkanlah wajah pemilik amalan tersebut dengan amalan-amalannya itu! Aku adalah penjaga al-Kibr (sifat takabur). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku, karena selama ini dia selalu bertakabur di hadapan manusia ketika berkumpul dalam setiap majelis pertemuan mereka….”
4.     Malaikat Hafadzah lainnya naik ke langit demi langit dengan membawa amalan seorang hamba yang tampak berkilauan bagaikan kerlip bintang gemintang dan planet. Suaranya tampak bergema dan tasbihnya bergaung disebabkan oleh ibadah shaum, shalat, haji dan umrah, hingga tampak menembus tiga langitpertama dan sampai ke pintu langit keempat. Namun malaikat penjaga pintu tersebut berkata,“Berhentilah kalian…! Dan tamparkan dengan amalan-amalan tersebut ke wajah pemiliknya..! Aku adalah malaikat penjaga sifat ‘ujub (takjub akan keadaan jiwanya sendiri). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku agar ridak membiarkan amalannya melewatiku hingga menembus langit sesudahku. Dia selalu memasukkan unsur ‘ujub di dalam jiwanya ketika melakukan suatu perbuatan…!”
5.     Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan seorang hamba yang diiring bagaikan iringan pengantin wanita menuju suaminya. Hingga sampailah amalan tersebut menembus langit kelima dengan amalannya yang baik berupa jihad, haji dan umrah. Amalan tersebut memiliki cahaya bagaikan sinar matahari.Namun sesampainya di pintu langit kelima tersebut, berkatalah sang malaikat penjaga pintu,“Saya adalah pemilik sifat hasad (dengki). Dia telah berbuat dengki kepada manusia ketika mereka diberi karunia oleh Allah. Dia marah terhadap apa-apa yang telah Allah ridlai dalam ketetapan-Nya. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amal tersebut melewatiku menunju langit berikutnya…!”
6.     Malaikat Hafadzah lainnya naik dengan amalan seorang hamba berupa wudlu yang sempurna, shalat yang banyak, shaum-shaumnya, haji dan umrah, hingga sampailah ke langit yang keenam. Namun malaikat penjaga pintu langit keenam berkata,‘Saya adalah pemilik ar-rahmat (kasih sayang). Tamparkanlah amalansi hamba tersebut ke wajah pemilikinya. Dia tidak memilki sifat rahmaniah sama sekali di hadapan manusia. Dia malah merasa senang ketika melihat musibah menimpa hamba lainnya. Rabb Pemeliharaku memerintahkanku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku menuju langit berikutnya…!’
7.     Naiklah malaikat Hafadzah lainnya bersama amalan seorang hamba berupa nafkah yang berlimpah, shaum, shalat, jihad dan sifat wara’ (berhati-hati dalam bermal). Amalan tersebut bergemuruh bagaikan guntur dan bersinar bagaikan bagaikan kilatan petir. Namun ketika sampai pada langit yang ketujuh, berhentilah amalan tersebut di hadapan malaikat penjaga pintunya. Malaikat itu berkata :, ‘Saya adalah pemilik sebutan (adz-dzikru) atau sum’ah (mencintai kemasyhuran) di antara manusia. Sesungguhnya pemilik amal iniberbuat sesuatu karena menginginkan sebutan kebaikan amal perbuatannya di dalam setiap pertemuan. Ingin disanjung di antara kawan-kawannya dan mendapatkan kehormatan di antara para pembesar. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amalannya menembus melewati pintu langit ini menuju langit sesudahnya. Dan setiap amal yang tidak diperuntukkan bagi Allah ta’ala secara ikhlas, maka dia telah berbuat riya’, dan Allah Azza wa Jalla tidak menerima amalan seseorang yang diiringi dengan riya’ tersebut….!’
Dan malaikat Hafadzah lainnya naik beserta amalan seorang hamba berupa shalat, zakat, shaum demi shaum, haji, umrah, akhlak yang berbuahkan hasanah, berdiam diri, berdzikir kepada Allah Ta’ala, maka seluruh malaikat di tujuh langit tersebut beriringan menyertainya hingga terputuslah seluruh hijab dalam menuju Allah Subhanahu. Mereka berhenti di hadapan ar-Rabb yang Keagungan-Nya (sifat Jalal-Nya) bertajalli. Dan para malaikat tersebut menyaksikan amal sang hamba itu merupakan amal shalih yang diikhlaskannya hanya bagi Allah Ta’ala. Namun tanpa disangka Allah berfirman, ‘Kalian adalah malaikat Hafadzah yang menjaga amal-amal hamba-Ku, dan Aku adalah Sang Pengawas, yang memiliki kemampuan dalam mengamati apa-apa yang ada di dalam jiwanya. Sesungguhnya dengan amalannya itu, sebenarnya dia tidak menginginkan Aku. Dia menginginkan selain Aku…! Dia tidak mengikhlaskan amalannya bagi-Ku. Dan Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang dia inginkan dari amalannya tersebut. Laknatku bagi dia yang telah menipu makhluk lainnya dan kalian semua, namun Aku sama sekali tidak tertipu olehnya. Dan Aku adalah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, Yang memunculkan apa-apa yang tersimpan di dalam kalbu-kalbu. Tidak ada satu pun di hadapan-Ku yang tersembunyi, dan tidak ada yang samar di hadapan-Ku terhadap segala yang tersamar….. Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang belum terjadi. Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah berlalu sama dengan pengetahuan-Ku terhadap yang akan datang. Dan pengetahuan-Ku terhadap segala sesuatu yang awal sebagaimana pengetahuan-Ku terhadap segala yang akhir. Aku lebih mengetahui sesuatu yang rahasia dan tersembunyi. Bagaimana mungkin hamba-Ku menipu-Ku dengan ilmunya. Sesungguhnya dia hanyalah menipu para makhluk yang tidak memiliki pengetahuan, dan Aku Maha Mengetahui segala yang ghaib. Baginya laknat-Ku….!! Mendengar itu semua maka berkatalah para malaikat penjaga tujuh langit beserta tiga ribu pengiringnya, ‘Wahai Rabb Pemelihara kami, baginya laknat-Mu dan laknat kami. Dan berkatalah seluruh petala langit, ‘Laknat Allah baginya dan laknat mereka yang melaknat buat sang hamba itu..!

Mendengar penuturan Rasulullah Saw. sedemikian rupa, tiba-tiba menangislah Mu’adz Rahimahullah, dengan isak tangisnya yang cukup keras…Lama baru terdiam kemudian dia berkata dengan lirihnya, “Wahai Rasulullah……Bagaimana bisa aku selamat dari apa-apa yang telah engkau ceritakan tadi…??”
Rasulullah bersabda, “Oleh karena itu wahai Mu’adz…..Ikutilah Nabimu di dalam sebuah keyakinan…”.
Dengan suara yang bergetar Mu’adz berkata, “Engkau adalah Rasul Allah, dan aku hanyalah seorang Mu’adz bin Jabal….Bagaimana aku bisa selamat dan lolos dari itu semua…??”
Nabi yang suci bersabda, “Baiklah wahai Mu’adz, apabila engkau merasa kurang sempurna dalam melakukan semua amalanmu itu, maka cegahlah lidahmu dari ucapan ghibah dan fitnah terhadap sesama manusia, khususnya terhadap saudara-saudaramu yang sama-sama memegang Alquran. Apabila engkau hendak berbuat ghibah atau memfitnah orang lain, haruslah ingat kepada pertanggungjawaban jiwamu sendiri, sebagaimana engkau telah mengetahui bahwa dalam jiwamu pun penuh dengan aib-aib. Janganlah engkau mensucikan jiwamu dengan cara menjelek-jelekkan orang lain. Jangan angkat derajat jiwamu dengan cara menekan orang lain. Janganlah tenggelam di dalam memasuki urusan dunia sehingga hal itu dapat melupakan urusan akhiratmu. Dan janganlah engkau berbisik-bisik dengan seseorang, padahal di sebelahmu terdapat orang lain yang tidak diikutsertakan. Jangan merasa dirimu agung dan terhormat di hadapan manusia, karena hal itu akan membuat habis terputus nilai kebaikan-kebaikanmu di dunia dan akhirat. Janganlah berbuat keji di dalam majelis pertemuanmu sehingga akibatnya mereka akan menjauhimu karena buruknya akhlakmu. Janganlah engkau ungkit-ungkit kebaikanmu di hadapan orang lain. Janganlah engkau robek orang-orang dengan lidahmu yang akibatnya engkau pun akan dirobek-robek oleh anjing-anjing Jahannam, sebagaimana firman-Nya Ta’ala, “Demi yang merobek-robek dengan merobek yang sebenar-benarnya…”(QS An-Naaziyat [79]: 2) Di neraka itu, daging akan dirobek hingga mencapat tulang…..(?)
Wan naazi’aati ghorqoo ; [79.1] Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, Wan naasyithooti nasy~thoo ; [79.2] dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut, wa saabihaati sabhaa ; [79.3] dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat, was saabiqooti sabqoo ;[79.4] dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang, Fal mudabbirooti amroo ;[79.5] dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia).Yauma tarjufur roojifah ; [79.6] (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam,
Mendengar penuturan Nabi sedemikian itu, Mu’adz kembali bertanya dengan suaranya yang semakin lirih, “Wahai Rasulullah, Siapa sebenarnya yang akan mampu melakukan itu semua….??”
“Wahai Mu’adz…! Sebenarnya apa-apa yang telah aku paparkan tadi dengan segala penjelasannya serta cara-cara menghindari bahayanya itu semua akan sangat mudah bagi dia yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala…. Oleh karena itu cukuplah bagimu mencintai sesama manusia, sebagaimana engkau mencintai jiwamu sendiri, dan engkau membenci mereka sebagaimana jiwamu membencinya. Dengan itu semua niscaya engkau akan mampu dan selamat dalam menempuhnya…..!!”

Khalid bin Ma’dan kemudian berkata bahwa Mu’adz bin Jabal sangat sering membaca hadits tersebut sebagaimana seringnya beliau membaca Alquran, dan sering mempelajarinya serta menjaganya sebagaimana beliau mempelajari dan menjaga Alquran di dalam majelis pertemuannya.
Al-Ghazali Rahimahullah kemudian berkata, “Setelah kalian mendengar hadits yang sedemikian luhur beritanya, sedemikian besar bahayanya, atsarnya yang sungguh menggetarkan, serasa akan terbang bila hati mendengarnya serta meresahkan akal dan menyempitkan dada yang kini penuh dengan huru-hara yang mencekam. Kalian harus berlindung kepada Rabb-mu, Pemelihara Seru Sekalian Alam. Berdiam diri di ujung sebuah pintu taubat, mudah-mudahan kalbumu akan dibuka oleh Allah dengan lemah lembut, merendahkan diri dan berdoa, menjerit dan menangis semalaman. Juga di siang hari bersama orang-orang yang merendahkan diri, yang menjerit dan selalu berdoa kepada Allah Ta’ala. Sebab itu semua adalah sebuah persoalan bersar dalam hidupmu yang kalian tidak akan selamat darinya melainkan disebabkan atas pertolongan dan rahmat Allah Ta’ala semata.
Dan tidak akan bisa selamat dari tenggelamnya di lautan ini kecuali dengan hadirnya hidayah, taufiq serta inayah-Nya semata. Bangunlah kalian dari lengahnya orang-orang yang lengah. Urusan ini harus benar-benar diperhatikan oleh kalian. Lawanlah hawa nafsumu dalam tanjakan yang menakutkan ini. Mudah-mudahan kalian tidak akan celaka bersama orang-orang yang celaka. Dan mohonlah pertolongan hanya kepada Allah Ta’ala, kapan saja dan dalam kadaan bagaimanapun. Dialah yang Maha Menolong dengan sebaik-baiknya…Wa laa haula wa laa quwwata illa billaah…

Al ‘amalu shuwarun qoimatun wa arwahuhaa wujuudu sirril ikhlashi fiiha Segala amal itu adalah bentuk-bentuk yang berdiri tegak (yakni seumpama kerangka-kerangka yang tidak bernyawa), sedangkan ruh-ruhnya ialah kewujudan rahsiah keikhlasan didalamnya (yakni tanpa rahsiah keikhlasan, segala amal itu adalah bagaikan tak bernyawaAmal itu ibarat sebuah jasad sedangkan keikhlasan adalah ruhnya [Ibnu Atha’illah]
Ikhlas berbeda-beda sesuai perbedaan tingkat spiritualitas orang,” (Syekh As-SyarqawiKeikhlasan ibad (para hamba Allah) <. Keikhlasan muhibbin (para pecinta Allah)< Keikhlasan arifin (ahli makrifat) < (lillaah < billah < fillah ?)

Plus :
QS 24 An Nuur  21 : yāa ayyuhalladżīna āmanụ lāa tattabi'ụ  khuṭuwātisy-syaiṭhon,  wa may yattabi'  khuṭuwātisy-syaiṭhon  fa innahụ ya`muru bil- faḥsyā`i wal- mungkar, walau lā faḍlullāhi 'alaikum wa raḥmatuhụ mā zakā mingkum min aḥadin abadaw wa lākinnallāha yuzakkī may yasyā`wallāhu samī'un 'alīm
[24.21] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

ingat mukadimah khutbah :
Alhamdulillaah –Alhamdulillaahi robbil 'aalamiina 
Segala puji bagi Allooh - Segala puji bagi Allooh Tuhan semesta alam 
~wa bihi na'budu mukhlishiina lahud diin(a), wa bihi nasta'iinu umurid dunyaa wad diin(i).
Dan hanya kepadaNya kita beribadah secara ikhlash sesuai dengan ketentuanNya (agama) ; Dan hanya kepadaNya kita memohon pertolongan dalam segala masalah duniawi & ukhrowi (agama) 
Innalhamdalillaahi nahmaduhu, wa nasta’iinuhu, wanastaghfiruhu;  wa na’uudzu billaaahi ming syuruuri angfusinaa wa min sayyi-ati a’maalinaa. 
sesungguhnya pujian itu milik Allah kita memuji-Nya dan kita minta pertolongan-Nya, dan kita memohon ampunan kepada-Nya,: dan kita mohon lindungan kepada-Nya dari keburukan diri kita, dan dari kejahatan amal-amal kita
May yahdihillaahu fa laa mudhillalahu ; wa may yudhlilhu fa laa haadiyiyallahu. 
siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya,  dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk

AKHLAQUL KARIMAH :Dikarenakan amalush sholeh tidak mungkin keluar kecuali dari hati yang bersih,maka perbaikilah kemurnian akhlak.
LILLAAH, BILLAAH & FILLAAH = Untuk, Dengan & Dalam Tuhan (aktualisasi murni tanpa eksploitasi, identifikasi & alienasi ) 
(Laa ilaha illaallooh - huwa maujud, ma'bud , maqshud )
I AM x i am - Ilahi Anta Maqshudi (Tuhanku Kaulah Maksud tujuanku ) 
wa ridhoka mathlubi (dan hanyalah keridhoanMu yang kuharapkan )
Inni atini mahabataka wa ma'rifataka = Sesungguhnya aku hanyalah mengharapkan kasih sayang dan hikmah pengetahuanMu

PENUTUP DO'A

PENUTUP DOA
Jama’ah ….. rohimakumullooh
Demikianlah yang bisa kami sampaikan. Jika memang benar apa yang saya sampaikan di sini memang hanya dari Allooh Swt (ibarat selang air saya hanyalah media penyalur kebaikan ini) dan mohon di amalkan semampu kita di kehidupanyang akan datang; Akan tetapi jika ada kesalahan padanya ~ ini dikarenakan pemahaman saya sendiri (ibarat selang yang masih kotor) saya istighfar kepada Allooh SWT dan mohon kepada anda sekalian memberikan maaf untuk hal tersebut.
Sebelum kita melanjutkan acara selanjutnya Marilah dengan ketulussan hati & keikhlasan batin untuk memenuhi permintaan keluarga , kita semua memohon dengan tulus ke hadirat Allooh SWT demi kebaikan seluruh keluarga besar....dari dunia ini sampai akhirat.

Mbok bilih cekap semanten anggen kawulo matur. Menawi leres ingkang kulo aturaken meniko estu namung saking ngarsanipun Allooh Swt (paribasan pralon kulo namung media caos kesaenan meniko) lan monggo sak-saget-saget kito amalaken wonten ing saklebeting pagesangan kito saklajengipun ; Ewo semanten menawi  wonten klentunipun atur ~ meniko naming saking cubluking pangertosan kulo piyambak (paribasan pralon ingkang taksih reget & letek) kulo istighfar dumateng Allooh SWT lan nyuwun pangapunten dumateng panjenengan sedoyo .. kerso-o paring agenging samodro pangaksami.
Sakderengipun kito lajengaken rantaman acara saklajengipun Sumonggo kanthi tulusing manah – ikhlasipun penggalih njangkepi pamundutipun keluargo kito tangkep asto nyuwun kanthi estu dumateng ngarsanipun Allooh SWT kagem kesaenanipun sedoyo keluarga ageng trah .... wiwit saking alam donyo sakmeniko dumugi alam akherat saklajengipun.

Bismillaahir rohmaanir rohiim . Ilaa hadhrotin : nabiyyil mush~thofaa rosuulillah = Muhammadin  shollalloohu ‘alaihi wa sallama wa 'alaa aalihi wa shohbihi,wa ummatihi minal jami'il muslimiina wal muslimat,wal mu’miniina wal mu’minaat~ al ahyaai minhum wal amwaat , khushushon ilaa hajaati  ahlal bait man ijtama’naa haahunaa bi sababihi  (Keluarga Ageng trah ... fi hasanatihim fid dunyaa wa fid diin );wa nakhusu-khushushon ilaa : arwahi almarhum wa almarhumah ... bainahum rohimahumullooh wa ahlihim wa auladihim wa duriyatihim fii hasanitihim fi qobrihim wal fil aakhiroh....
Dengan nama allah yangmahapengasih lagi maha penyayang, kepada yang terhormat nabi muhammad SAW  yang terpilih dan kepada keluarga, sahabat dan umat nya dari jamaah muslimin & muslimat , mukminin & mukminat ~ yang masih hidup maupun yang telah wafat ~ khususnya untuk hajat tuan rumah yang menyebabkan kami sekalian berkumpul disini ((Keluarga Ageng trah ... untuk kebaikan mereka di alam dunia dan agama );dan yang terkhusus kepada para arwahi almarhum dan almarhumah ... (semoga Alloh mengasihi/menyayangi mereka) dan juga keluarga kerabat, anak keturunannya (yang sudah wafat) untuk kebaikan mereka di alam kubur dan akhirat ....AL FAATIHAH

A’uudzubillaahi minasy~syaithooni rojiim.  Bismillaahhir rohmaanir rohiim; Alhamdulillahi robbil ‘aalamin; Arrohmaanir rohiim; Maaliki yaumiddiin; Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin; Ihdinash shiroothol mustaqiim ; Shiroothol ladziina an’amta  ‘alaihim - ghoiril: magh-dhuubi  ‘alaihim,wa ladh-dhoolliin. ( Aamiin.)
Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.Yang menguasai di Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu)Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (aamiin ... kabulkanlah, Yaa Allooh )

DOA =
A’uudzu billaahi minasy syaithoonir rojiim. Bismillaahir rohmaanir rohiim. Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
Aku berlindung diri kepada Engkau dari setan yang dirajam. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagI Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam,
Hamdasy syaakiriin,hamdan naa’imiim, hamdan yuwaffii ni’amahu, wa yukaafi (-u) maziidah.
sebagaimana orang-orang yang bersyukur, dan orang yang memperoleh nikmat sama memuji, dengan pujian yang sesuai dengan nikmatnya dan memunakinkan ditambah nikmatnya.
Yaa Robbanaa lakal hamdu kammaa yambaghii li jalaali wajhika, wa azhiimi,wa  kariimi sulthoonik.
Tuhan kami, hanya bagi Engkau segala puji, sebagaimana yang patut terhadap kemuliaan Engkau dan keagungan kekuasaan Engkau
Alloohumma sholli wa saliim wa baarik ‘alaa rosuulika nabiyyil ummiyi Muhammadin (sholaaloohu 'alaihi was salaam)
Ya Allah curahkanlah sholawat , kesejahteraan, dan keberkahan  kepada Rosul kami  Nabi yang Ummi  Muhammad SAW.

Allaahummaghfir lil : muslimiina wal muslimat, wal mu’miniina wal mu’minaat, al ahyaai minhum wal amwaat – innaka samii’un qoriibun mujiibul da’wati wa ya qodhiyal haajaat..
Ya Allah, ampunilah dosa muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup atau sudah wafat, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar; Maha dekat lagi mengabulkan permintaan wahai Dzat yang mencukupi kebutuhan.
Robbanaaghfir lanaa wa liwaalidaina warhamhumma kamma robbayanaa shoghiro. Ya Allah! Ampunilah dosa - dosa ibu bapak kami dan berilah rahmat keduanya sebagaimana keduanya menyayangi kami semenjak kecil.     
Robbanaa hablanaa min azwaajinaa,wa dzurriyyatinaa qurrota a’yun,waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa  - birohmatika, yaa arhamar rohimiin.
Ya Allah Ya Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami isteri, suami, anak-anak dan keturunan sebagai penyejuk mata dan penenang hati. Jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. Do’a nabi Ibrahim a.s (QS. al Furqon : 74)
Robbanaa zholamna anfusanaa,wa illam taghfirlana watarhamna lanakunanna  minal khoosiriin
Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami, kalau tidak Engkau beri ampun, tidak Engkau beri rahmat kepada kami, niscaya kami menjadi orang yang merugi. Do’a nabi Adam (QS. Al A'raf 7 : 23)
Robbanaftah bainanaa wa baina qouminaa bil haqqi – wa anta khoirul faatihiina
Ya Tuhan, kami  Berilah keputusan diantara kami dan kaum kami dengan adil, Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik –baiknya. Doa Nabi Syuaib a.s (QS A araf; 89).

Alloohummaa ’innaa  ‘alaa : dzikrika,wa syukrika, wa husni ‘ibadaatik.[Ya Allah, tolonglah kami agar selalu berdzikir/mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu)
Yaa muqolibal quluub, tsabit qulubanaa ‘alaa diinik(a). (Wahai yang membolak-balikkan hati! Teguhkanlah hatiku senantiasa di atas agamamu

ANEKA DO'A khusus
PLUS NIKAHAN
Doa Memberi Selamat kepada Pengantin
Baarokallaahu laka wa baaroka ‘alaika wa jama’a bainakumaa fii khoirin.
“Semoga kamu hidup rukun dan damai,direstuiAllah dan dibahagiakan-Nya.” (HR. Ahmad dan al-Hakim)
Allaahumma allif bainahumaa kamaa allafta baina aadama wa hawa-a,  wa  allif bainahumaa kamaa allafta baina yuusufa wa zulaikhaa;  Allaahumma allif bainahumaa kamaa allafta baina sayyidinaa muhammadin shallalaahu ‘alaihi wasallama wa sayyidatinaa khadiijatal kubraa.
“Ya Allah, jinakkanlah antara kedua mempelai itu sebagaimana Engkau telah menjinakkan antara NabiAdam dan Hawa, Yusufdan Zulaikha, junjungan kami Nabi Muhammad dan Khadijah al-Kubra.
Allaahumma thawwil a’maaronaa shohih ajsaadanaa, wa nawwir quluubanaa, wa tsabbit iimaananaa, wa ahsin a’maalanaa,wa wassi’ arzaaqonaa, wa ilal khoiri qorrib-naahu , wa ’anisy-syarri ab’idnaa, waqdhi hawaa-ijanaa fiimaa laka bihi ridhooka wa lanaa fiihi sholaahun.
Ya Allah panjangkanlah umurkami, sehatkan badan kami, terahgilah hati kami, tegakkanlah iman kami,  baguskanlah amal perbuatan kami, lapangkanlah rezeki kami, dekatkanlah kami menuju kebaikan, jauhkanlah kami dari keburukan, kabulkanlah hajat kami yang mendapatkan ridhamu dan kebaikan.

PLUS TINGKEBAN
Allâhumma yâ mubârik, bârik lanâ fil ‘umri war rizqi wad dîni wad dunya wal waladi. “Ya Allah Sang Pemberi Berkah, berkahi kami dalam umur, rizqi, agama, dunia, dan anak.
Allâhumma yâ hâfidzu, ihfadz waladî mâ dâma fî bathni ummihi wasyfihi ma’a ummihi anta asy-syâfî lâ syifâ`an illâ syifâuka wa lâ tuqaddirhu saqaman wa lâ mahrûman. Ya Allah Sang Penjaga, jaga anakku selama dia berada di perut ibunya, beri kesehatan pada dia dan ibunya. Engkau Sang Pemberi Kesehatan. Tiada kesehatan kecuali dari-Mu, tiada yang bisa mentakdirkan sakit dan bahaya
 Allâhumma shawwir mâ fî bathnihâ shûratan ḫasanatan jamîlatan kâmilatan wa tsabbit fî qalbihi îmânan bika wa bi rasûlika fiddun-yâ wal âkhirahYa Allah, bentuklah janin yang ada di perut ibunya dengan rupa yang baik, indah, dan sempurna. Tetapkan dalam hatinya keimanan pada-Mu dan rasul-Mu di dunia dan akhirat.
Allâhumma thawwil ‘umurahu wa shaḫḫih jasadahu wa ḫassin khuluqahu wafshaḫ lisânahu wa aاsin shautahu li qirâ-atil qur’âni wal hadîtsi bi jâhi sayyidil mursalîn  Ya Allah, panjangkan umurnya, sehatkan jasadnya, baguskan akhlaknya, fasihkan lisannya, merdukan suaranya untuk membaca Al-Qur’an yang mulia dan hadits, dengan berkah derajat sang penghulu para utusan.”

PLUS = Doa Memberi Nama Anak / Bayi
Alloohumaj’alnaa haadzal ismi mubarokal lahu fii man khofaka wat taqooka, waj’alhu bil waalidaini ihsaana Ya Allooh jadikanlah nama ini member berkah baginya, menjadi anak yang taqwa kepada Allooh dan dapat berbakti kepaa ibu bapaknya.
Alloohumma thowwil ‘umurohu fii thoo’atika, shohih ajsaadahu. Ya Allooh panjangkanlah umurnya dalam menaati agamaMu, sehatkanlah tubuhnya.
Alloohummaj’alhu za’iiman fi kabirihi, wa tsabbit imaanahu ‘alaa balaaik. Ya Allooh Jadikanlah dia  sebagai pimpinan setelah dewasa, dan tetapkanlah imannya dalam menghadapi segala cobaan .

PLUS AQIQOH (walimatul aqiqoh )
Allâhummahfadzhu min syarril jinni wal insi wa ummish shibyâni wa min jamî’is sayyiâti wal ‘ishyâni wahrishu bihadlânatika wa kafâlatika al-mahmûdati wa bidawâmi ‘inâyatika wa ri’âyatika an-nafîdzati nuqaddimu bihâ ‘alal qiyâmi bimâ kalaftanâ min huqûqi rububiyyâtika al-karîmati nadabtanâ ilaihi fîmâ bainanâ wa baina khalqika min makârimil akhlâqi wa athyabu mâ fadldlaltanâ minal arzâqi. Allâhummaj’alnâ wa iyyâhum min ahlil ‘ilmi wa ahlil khairi wa ahlil qur`âni wa lâ taj’alnâ wa iyyâhum min ahlisy syarri wadl dloiri wadz dzolami wath thughyâni.”
“Ya Allah, jagalah dia (bayi) dari kejelekan jin, manusia ummi shibyan, serta segala kejelekan dan maksiat. Jagalah dia dengan penjagaan dan tanggungan-Mu yang terpuji, dengan perawatan dan perlindunganmu yang lestari. Dengan hal tersebut aku mampu melaksanakan apa yang Kau bebankan padaku, dari hak-hak ketuhanan yang mulia. Hiasi dia dengan apa yang ada diantara kami dan makhluk-Mu, yakni akhlak mulia dan anugerah yang paling indah. Ya Allah, jadikan kami dan mereka sebagai ahli ilmu, ahli kebaikan, dan ahli Al-Qur’an. Jangan kau jadikan kami dan mereka sebagai ahli kejelekan, keburukan, aniaya, dan tercela.”

PLUS KHITAN
Allaahumma haadzihii sunnatuka wa sunnatu nabiyyika, shalawaatuka ‘alayhi wa aalihii, wat tibaa‘un minnaa li nabiyyika, bi masyii’atika, wa iraadatika, wa qadhaa’ika li amrin aradtahuu, wa qadhaa’in hatamtahuu, wa amrin anfadztahuu, wa adzaqtahuu harral hadiidi fii khitaaniii wa hijaamihii bi amrin anta a’rafu bihii minnii. Artinya: Ya Allah, ini adalah sunnah-Mu dan sunnah nabi-Mu. Semoga rahmat tercurah padanya dan keluarganya. Dan kami mengikuti nabi-Mu dengan kehendak-Mu dan qadha-Mu. Karena suatu hal yang Engkau inginkan. Karena suatu hal ketentuan yang Engkau tetapkan. Karena suatu perkara yang Engkau laksanakan, dan Engkau merasakan padanya panasnya besi dalam khitan dan bekamnya karena suatu perkara yang Engkau lebih tahu dari aku.
Allaahumma fa thahhirhu minadz dzunuub, wa zid fi umrihii, wadfa‘il aafaati ‘an badanihii wal awjaa‘i ‘an jismihii, wa zidhu minal ghinaa, wadfa‘ ‘anhul faqra, fa innaka ta‘lamu wa laa na‘lamu. Artinya: Ya Allah, maka sucikanlah dia dari dosa-dosa. Tambahlah umurnya. Jagalah tubuhnya dari penyakit. Dan tambahlah kekayaan padanya dan jauhkan dari kefakiran. Maka sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui sementara kami tidak mengetahui.

PLUS HAJJI  (walimatus safar )
Allaahummaghfir lil-haajji wa li man istaghfaro lahul haajju. "Ya Allah, ampunilah orang yang haji dan orang yang dimohonkan ampunan oleh orang yang haji”. (HR Baihaqi).
Qabilakalloohu hajjaka wa taqobbalalloohu sa’yaka wa a’dzama ajroka, wa akhlafa nafaqotaka, wa ghofaro dzanbaka, wa zawwadakallooha taqwa wa yassaro lakal khoiro haytsuma kunta Semoga Alloh menerima ibadahmu, memberikan ganjaran yang besar kepadamu, dan mengganti biaya yang telah engkau keluarkan untuk ibadahmu , Semoga Allah membekalimu dengan takwa, mengampuni dosa-dosamu, dan memudahkanmu di mana saja engkau berada).
Allahummaj’al hajjan mabruro wa sa’yan masykuro wa Dhanban Maghfuro wa ‘amalan sholihan maqbula wa tijarotan lan tabur birohmatika, yaa arhamar rohimiin.. (Ya Allah, jadikanlah haji ini haji yang mabrur, sai yang dihargai, dosa yang diampuni, amalan shalih yang diterima dan perniagaan yang tidak akan merugi dalam keberkahanMu, Wahai Yang maha pengasih - penyayang

PLUS SAKIT  DOA MENJENGUK ORANG SAKIT
A'uudzu bi  'izzatillahi wa qudrotihi min syarri maaajidu wa uhaadziru Artinya: “Aku berlindung dengan keperkasaan Allah dan kekuasaan-Nya, dari kejelekan yang aku rasakan dan yang aku khawatirkan” (HR. Muslim)
As’alullooha ‘azhiim robbal  ‘arsyil  ‘azhiim an yu’aafiika wa yusyfiika Artinya: Aku memohon pada Allah yang menguasai arasy agar memberi kesehatan dan kesembuhan padamu.
Alloohumma Robban naasi adzhibil ba-'sya. Wasyfihu - wa  anta syaafii, laa syifaa-a illa syifaa-uka, syifaa-an laa yughoodiru saqomaa(n) Artinya: “Ya Allah, Rabb manusia, Hilangkanlah kesusahan dan berilah dia kesembuhan, Engkau Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain” (HR Bukhari dan Muslim).
Apabila Anda menderita sakit yang menurut dokter sulit untuk sembuh lagi, baca doa berikut: Alloohumma ahyii maa kaanatil hayaatu khoiron li ; wa tawaffanii maa kaanatil wafaatu khoiron lii.  Artinya: Ya Allah hidupkanlah aku apabila itu lebih baik bagiku. Dan matikanlah aku apabila kematian itu lebih baik bagiku. (H.R. Bukhori)

PLUS QUBUR
untuk  anak =
Alloohumaj’alhu farothon li abawaihi,wa salafan,wa dzukhron,wa ‘izhatan,wa ’tibaron, wa syafii’an; wa tsaqqil bihi mawaaziina- humma , wafrighish  shobr ‘alaa quluubihimaa, wa laa taftinhumaa ba’dahu,wa laa tahrimna ajrohu Ya Allah Jadikanlah kematian anak ini sebagai pahala bagi kedua orang tuanya, sebagai pendahulu, simpanan, pelajaran, contoh dan penolong.Dan dengan kematian anak ini beratkanlah timbangan kebaikan kedua orang tuanya, anugrahkanlah kesabaran pada hati kedua orang tuanya, dan jangan Engkau beri fitnah kedua orang tuanya sesudah meninggalnya anak ini dan jangan pula Engkau kosongkan kedua orang tuanya pahala anaknya

untuk Umum
Alloohumma anzilir rohmatan wal maghfirotan ‘alaa jamii’l ahlil qubuuri  minal muslimiina wal muslimaat - wal mu’miniina wal mu’minaat ; khusushon ilaa min ahli laa ilaaha illallooh Muhammadur rosuulullooh SAW wa nakhushu khusushon ilaa arwahi almarhum wa almarhumah .. bainahum rohimahumullooh wa ahlihim wa auladihim wa duriyatihim fii hasanitihim fi qobrihim wal aakhiroh
 Allaahummaj’alhu hijaaban lahum minannaari wa’itqan lahum minannaari wa sitran lahum minanaari. Wahai Allah! jadikanlah ia sebagai penghalang bagi mereka dari api neraka, pembebas bagi mereka dari api neraka, dan tabir bagi mereka dari api neraka.
Allaahummagh fir lahum warhamhum wa’aafihim wa’fu ‘nhum waj’alil jannata matswaahum . Wahai Allah! ampunilah mereka, berilah rahmat kepada mereka, berilah kesejahteraan kepada mereka dan maafkanlah mereka, jadikanlah surga sebagai tempat tinggal mereka.
Allaahumma anzilir rahmata wan ni’mata wasy syafaa’ata ‘alainaa wa’ala jamii’i ahlil qubuuri minal muslimiina wal muslimaati wal mu’miniina wal mu’minaati al ahyaa-i minhum wal amwaati. Irfa’ lahumud darajaati wa dha’if lahumul hasanaati wa kaffir ‘anhumus sayyi-aati wa adkhilhumul jannata ma’al aabaa-i wal ummahaati .Wahai Allah! turunkanlah rahmat, nikmat dan syafaat atas kami, dan atas semua ahli kubur, baik orang mukmin laki-laki maupun perempuan, baik yang hidup mupun yang mati, angkatlah derajat mereka, lipatgandakanlah kebaikan-kebaikan mereka, hapuskanlah kejahatan-kejahatan mereka, dan masukkanlah mereka ke dalam surga bersama bapak-bapak dan ibu-ibu mereka
Allaahumma anzil fii qabrihimur rahmata wadh dhiyaa-a wannuura wal bahjaata war rauha war raihaana was suruura min yauminaa haadzaa ilaa yaumil ba’tsi wan nusyuuri innaka maalikun rabbun ghafuurun. Wahai Allah! turunkanlah ke dalam kubur mereka rahmat, sinar, cahaya kegembiraan, kebahagiaan, dan kesenangan, mulai hari ini sampai datangnya hari kebangkitan. Sesungguhnya Engkau adalah Raja, Pemelihara dan Pengampun.
Allaahummaj’al qubuurahum raudhatan min riyaadhil jinaani walaa taj’alhaa hufratan min hufarin niiraani. Wahai Allah! jadikanlah kuburan mereka sebuah taman di antara taman-taman surga, dan janganlah Engkau jadikan kuburan mereka sebuah lubang di antara lubang-lubangneraka.
Alloohumaghfir lahum,warhamhum, wa ’aafihim, wa’fu’anhum ;  wa akrim nuzuulahum,wa wasi’ madkholahum, waj’alil jannata matswaahum - birohmahtika yaa arhamar rohiimiin.
Wahai Allah! ampunilah mereka, berilah rahmat kepada mereka, berilah kesejahteraan kepada mereka dan maafkanlah mereka, jadikanlah surga sebagai tempat tinggal mereka. Dengan rahmatmu Ya Allah yang maha pengasih dan yang pengasih.
Alloohumma anzil fii qobriihim nuuron,wa rohmatan,wa maghfirotan daa-imatan ilaa yaumil qiyaamat, wa irfa’ lahumud darojaati;wa kaffir anhumus sayyiati, wa dho’iif lahumul hasanaati;  waj’alil  jannata matswaahum - birohmahtika yaa arhamar rohiimiin.
Wahai Allah! turunkanlah ke dalam kubur mereka cahaya, rahmat, pengampunan hingga hari kebangkitan. angkatlah derajat mereka, hapuskanlah kejahatan-kejahatan mereka,  lipatgandakanlah kebaikan-kebaikan mereka, dan jadikanlah surga sebagai tempat tinggal mereka. Dengan rahmatmu Ya Allah yang maha pengasih dari yang pengasih.
kamma qolalloohu ta’aala fiil qur’aanil kariim : sebagaimana firman Allooh SWT dalam Alqur’an
“ Yaa ayyatuhaan nafsul muth-mainah;Irji’ii ilaa robbiki roodhiyatam mardhiyyah;Fad khulii fii ‘ibaadii ;Wad khulli jannatii .” shodaqolloohu azhiim
“Wahai jiwa yang tenang!" Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku," Dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS Al Fajr : 27 - 30) Maha benar Allooh yang Maha Agung
Robbanaaghfir lanaa wa li ikhwaaninnaal ladziina sabaquunaa bil iimaan,wa laa taj’al fii quluubinna ghillaan lil-ladziina aamanu – robbana innaka : rouufur rohiim.
Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dengan membawa iman. Dan jangan Engkau biarkan kekotoran mengisi hati kami. Sungguh Engkau Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Alloohumma laa tahrimnaa ajrohum,wa laa taftinnaa ba’dahum, – waghfirlanaa wa lahum birohmatika , yaa arhamar rohimiin.
“Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah (cobaan) bagi kami sepeninggal mereka. Ampunilah kami dan ampunilah dia/mereka..

Alloohumma ashlih lanna diinannaal ladzii huwa ‘ishmatu amrinaa,wa ashlih lanna dun-yaanal ladzii fiihaa ma’aasyunaa ,wa ashlih lanaa aakhirotanal latii ilaihaa ma’aadunna,waj’alil hayaata ziyaadatan lanaa fii kulli khoirin,waj’alil mauta roohatan lanaa min kulli syarrin.
Allahumma ashlih li dinilladzi huwa 'ishmatu amri, wa ashlih li dunyayal lati fiha ma'asyi, wa ashlih li akhiratil lati fiihaa ma'adi, waj'alil hayata ziyadatan li fi kulli khoirin, waj'alil mauta rahatan li min kulli syarrin. Artinya,"Ya Allah ya Tuhanku, perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku,perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejahatan."
Allahumma rahmataka arjuu fala takilni ila nafsii tharfaka ainin ashlihli syani kullahu lailaha illa anta. Artinya: “Ya Allah ya Tuhanku, rahmat-Mu aku harapkan, karena itu janganlah Engkau serahkan (segala urusanku) kepada diriku sendiri (janganlah Engkau berpaling dariku) walau sekejap mata, perbaikilah segala urusanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.” (HR. Abu Daud dengan sanad yang shahih).
Robbana adkhilnaa mudkhola shidqin,wa akhrijnaa mukhroja shidqin; waj’al lanaa min ladunka sulthoonan nashiroo.
rabbi adkhilnii mudkhala shidqin wa akhrijnii mukhraja shidqin waj’al lii min ladunka sulthaanan nashiiraan. Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong'." (QS.Al-Isra': 80)
Alloohummaakhtim ‘amalanaa bi husnil khotimah wa laa takhtim lanaa bi suu-il khotimah.
Allhummakhtim Lanaa Bihusnil Khatimah Walaa Takhtim Alainaa Bisuuil Khatimah “Ya Allah akhirilah hidup kami dengan husnul khatimah dan janganlah engkau akhiri hidup kami dengan su’ul khatimah.” (Kitab An-Nashaihud Diniyyah karya Abdullah bin Alwi Al Haddad)

DOA SELAMAT
Allaahumma innaa nas aluka salaamatan fiddiin wa 'aafiatan filjasadi wa ziyadatan fil 'ilmi wa barokatan fil rizqi wa taubatan qoblal maut wa rohmatan 'indal maut , wa maghfirotan ba'dalmaut
Ya Allah, kami mohon kepadaMu keselamatan dalam beragama, kesehatan jasmani, bertambah ilmu dan berkah rezeki. Dapat bertobat sebelu mati, mendapat rahmat ketika mati dan memperoleh keampunan setelah mati.
Allahumma hawwin 'alaina fii sakarootil maut wan najaati minan naar wal 'afwaa 'indal hisaab.
Ya Allah, mudahkanlah kami dalam menghadapi sakratulmaut, dan hindarkanlah kami dari azab api neraka dan mendapatkan keampunan ketika dihisab.

Robbanaa, laa tuziq quluubanaa ba’da idz hadaitanaa,wa hab lanaa min ladunka rohmah –innaka antal wahhaab.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kpd kesesatan, setelah Engkau beri petunjuk kpd kami & karuniakanlah kpd kami rahmat dari sisiMu, Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (QS 3 Imron : 8)

DO'A TOLAK BALA
Allahummadfa’‘annal bala’ wal ghola’ wal wabaa- wal fakh-syaa- wal munkaro wasy syada’id wal mihan ma zhoharo minhaa wa maa bathon, fi bilaadinaa hadza khoosh-shoh, wa fi buldanil muslimina ‘ammah (…. Waj’al hadza baladan amin baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur (QS. Saba’: 15)) bi rohmatika ya arhamar rohimin.
Ya Allah Tuhan kami. Jauhkanlah kami dari malapetaka, bala dan bencana, kekejian dan kemunkaran, kekejaman dan peperangan, yang tampak dan yang tersembunyi dalam negara kami khususnya, dan dalam negara kaum muslimin umumnya. ( … Dan jadikanlah negeri ini aman bersih dan layak ampunanMu Tuhan) Dengan rahmatmu Ya Allah yang maha pengasih dan yang pengasih.
Alloohumma innaa na’udzubika min jahdil bala-i, wa darkisy-syaqoo-i, wa suu-il qodho, wasy syamaatatil -a’da-i.( “Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepadamu dari beratnya musibah, turunnya kesengsaraan yang terus menerus, buruknya qadha`, dan kesenangan musuh (dengan musibah yang menimpa kami).
Alloohummah diinii fii man hadait, wa ‘afinii fii man ‘afait, wa tawallanii fii man tawallait, wa baariklii fii maa a’thoit, wa qinii syarra maa qodhoit, fa innaka taqdhi wa laa yuqdho ‘alaik, wa innahu laa yadzillu man walait, wa laa ya’izzu man ‘adait, tabaarokta robbanaa wa ta’alait, fa lakal hamdu a’la maa qodhoit, wa astaghfiruka wa atuubu ilaik, wa shollallahu ‘ala sayyidina muhammadin nabiyyil -ummiyyi wa ‘alaa alihi wa shohbihi wa sallam”( “Ya Allah tunjukanlah aku sebagaimana mereka yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah kesehatan kepadaku sebagaimana mereka yang telah Engkau berikan kesehatan. Peliharalah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau lindungi. Berikanlah keberkahan kepadaku pada apa yang telah Engkau berikan. Selamatkanlah aku dari bahaya kejahatan yang telah Engkau tentukan. Engkaulah yang menghukum dan bukan dihukum. Tidak hina orang yang Engkau jadikan pemimpin. Tidak mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi. Bagi-Mu segala pujian di atas apa yang Engkau tentukan. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-MU. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan karunia atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya.”

AKHIR DOA
Alloohumma arinal haqqo(n) haqqon warzuqnat tiba’ah; wa arinal bathila bathila(n) warzuqnaj tinabah.
Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar adalah benar dan berikan kepada kami kekuatan dn kemampuan untuk menjalankannya, serta tunjukkan bahwa yang salah adalah salah dan berikan kami kekuatan dan kemampuan untuk meninggalkannya  
Robbanaa aatinaa mil ladunka rohmataw; wa hayyii” lanaa min amrinaa rosyadaa. Ya Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini." (Q.S. Al-Kahfi: 10 – ashabul kahfi 6 – 29)

Robbanaa aatina fid~dunyaa hasanah, wa fil aakhiroti hasanah ; wa qinaa adzaaban naar.
Ya Allah ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di akhirat dan hindarkan kami dari api neraka. (QS Al Baqarah: 201)

Subhaana robbika robbil ‘izzati ‘amma yashifuun, Wa salaamun ‘alal mursaliin,  Wal hamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
Maha suci Tuhanmu yang mempunyai kemuliaan dari apa yang mereka sifatkan dan selamat sejahtera atas sekalian Rasul-rasul yang diutus Tuhan. Segala pujian adalah untuk Tuhan Pengatur semesta alam. (QS Ash Shoffat 180 – 182).

AL FAATIHAH
A’uudzubillaahi minasy~syaithooni rojiim.  Bismillaahhir rohmaanir rohiim; Alhamdulillahi robbil ‘aalamin; Arrohmaanir rohiim; Maaliki yaumiddiin; Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin; Ihdinash shiroothol mustaqiim ; Shiroothol ladziina an’amta  ‘alaihim - ghoiril: magh-dhuubi  ‘alaihim,wa ladh-dhoolliin. ( Aamiin.)

Ya.. Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allooh SWT. Walaupun sederhana bisa tuntas akhirnya. Jika ada kekurangan semoga Allooh SWT senantiasa melengkapinya, Jika ada kekeliruan semoga Allooh SWT selalu membenarkannya, Dan semoga amal kebajikan dan doa permohonan kita senantiasa diridhoi dan dikabulkannya.
( Nggih Alhamdulillah sinaoso prasojo saget paripurno. Menawi wonten lepatipun mugi Allooh SWT tansah ngleresaken, lan mugi-mugi amalan kesaenan lan dongo panyuwunan kito tansah diridhoi lan diijabahi Allooh SWT. )
Alloohumma … (AAMIIN)

Akhirul kalaami ;  Subhaanakalloohumma wa bi hamdika. Asyhadu al-laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruka wa atuubu ilaika.
wa billaahit  taufiiqi wal hidaayah, war ridhoo wal 'inaayah
Was salamu 'alaikum wa rohmatulloohi wa barokatuh(u).
Akhir perkataan :  Maha Suci Engkau, ya Allah. Segala sanjungan untuk-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu
Dan dengan Allah yang memberi taufik dan hidayah, serta ridho dan inayah  
Semoga Allah melimpahkan kepada kamu/kalian keselamatan, rahmat, serta keberkahanNya

jawab: Wa' alaikum salam w arahmatullahi wa barakatuh Dan semoga kepada kalian keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahannya terlimpah juga 

LINK MEDIA
Link Media : RAMADHAN FITRI 1433 H  Publik

REVISED ?

ADZAN 
   
MUSICS
I'TIROF Abu Nawas 
 
Dengan NafasMu  Ungu

Do'aku Hadad Alwi 
 
TAKBIRAN 
 
IEDUL FITHRI
 

QIROAT 
 
HALAL BI HALAL
 

REFERENSI TAUSIAH HALAL BI HALAL 
MUFLIS 
 
AMALAN 7 LANGIT ( Hadits dari Mu'adz bin Jabbal r.a )
4 WASIAT ROSULULLOOH  SAW ( Hadits dari Abu Dzar Al Ghiffari r.a )
plus =
 

PLUS  = FOOTNOTE 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: Tidaklah suatu kamu membuat majlis, yang di dalamnya tidak terdapat dzikir kepada Allah dan orang-orang di sana tidak bershalawat kepada Nabi mereka, kecuali akan menjadi penyesalan bagi mereka. Jika Allah ingin, mereka akan diadzab dan jika Allah ingin, mereka akan diampuni.” (HR. At Tirmidzi no.3380, ia berkata: “hasan shahih”).
SEMENTARA  Diriwayatkan oleh Al Khallal dalam kitab Al Irsyad (119), Ar Rafi’i dalam Tadwin fil Akhbar Qairawan (2/228), juga oleh As Subki dalam Thabaqat Asy Syafi’iyyah Kubra (6) dengan sanad sebagai berikut: Dari Ismail bin Abi Ziyad Asy Syami, dari Yunus bin Yazid, dari Az Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Setiap perkataan yang tidak dimulai dengan hamdalah dan shalawat kepadaku, maka terputus dan terhalang dari semua keberkahan“.
Hadits ini lemah karena terdapat Ismail bin Abi Ziyad Asy Syami.(Ad Daruquthni mengatakan, “ia perawi yang matruk, suka memalsukan hadits”Al Mizzi mengatakan, “ia perawi yang lemah dan matruk”Sibt bin Al ‘Ajami mengatakan, “ia matrukul hadits”). Maka hadits ini statusnya dhaif jiddan (lemah sekali).
Hamdalah ?
Nash : QS Al Baqoroh 152 : Fadz kuruunii ~ adzkurkum; wasykuruulii ~ fa laa takfuruun(i). ( Karena itu ingatlah kamu kepadaku ~ niscaya aku ingat pula kepadamu; Dan bersyukurlah kepadaku ~ dan janganlah kamu mengingkari nikmatku)
Nash : QS Ibroohim 34 : Wa inta’udduu ni’matalloohi laa tuhshuuhaa. Innal insaana lazholuumun kuffaar(un) (Dan jika kamu menghitung nikmat Allooh,tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari nilmat Allooh )
Nash : QS Ibroohim 7 : La-insyakartum ~ la-azidannaakum ; wa la-inkafartum ~ inna ‘azaabii lasyadiid(un) (Jika kau bersyukur ~ niscaya akan kami tambahkan (nikmat) kepadamu ; dan jika kau mengingkarinya ~ sungguh azab-Ku sangatlah keras
 Shalawat ?
Nash :  QS Al Ahzab 56:  Innallāha wa malā`ikatahụ yuṣallụna 'alan-nabiyy, yā ayyuhallażīna āmanụ ṣallụ 'alaihi wa sallimụ taslīmā Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.

Kafaratul Majlis : Subhaanakalloohumma wa bi hamdika. Asyhadu al-laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruka wa atuubu ilaika.
Dari Abu Barzah Al Aslami Radhiallahu ‘Anhu, katanya: Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengucapkan pada akhir jika dia hendak bangun dari majelis: “Maha Suci Engkau, Ya Allah dengan memujiMu, Aku bersaksi Tiada Ilah Kecuali Engkau, aku memohon ampunanMu, dan aku bertobat kepadaMu.” Ada seseorang yang bertanya: “Wahai Rasulullah, sesungguhna engkau mengatakan perkataan yang tidak engkau katakan pada waktu yang lalu.” Beliau menjawab: “Itu sebagai kaffaarah (penebus kesalahan) terhadap apa yang terjadi di majelis.” (HR. Abu Daud No. 4859, Syaikh Al Albani mengatakan hasan shahih. Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf, 7/49 )

MEMORY TARAWIH PANDEMI 2020  001 TARAWIHKOE
 https://archive.org/details/001-tarawihkoe May 18, 2020 ISLAM data

listing of 001 TARAWIHKOE.rar

file

as jpg

timestamp

size

001 TARAWIHKOE

2020-05-18 17:03

001 TARAWIHKOE/SAMPLE TARAWIH.mp3

2020-05-18 10:27

34656595

001 TARAWIHKOE/SAMPLE TARAWIH_001.mp3

2020-05-18 12:28

8665214

001 TARAWIHKOE/TRANSKRIP SAMPLE TARAWIH PRINT 1-10 okey.docx

2020-05-18 17:01

120104

001 TARAWIHKOE/TRANSKRIP SAMPLE TARAWIH PRINT 1-10 okey.pdf

2020-05-18 17:01

782653

No comments:

Post a Comment